Kerugian Global Akibat Bencana Hidrometeorologi Capai 550 Miliar Dolar AS, Diplomasi Air Mendesak Digalakkan

Kerugian Ekonomi Akibat Bencana Air Sentuh Angka Fantastis

Kerugian ekonomi global akibat bencana terkait air atau hidrometeorologi pada tahun 2024 mencapai angka yang mencengangkan, yaitu 550 miliar dolar AS. Hal ini diungkapkan oleh Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB untuk Isu Air, Retno Marsudi, dalam sebuah acara di Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2025). Angka ini menyoroti betapa krusialnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan mitigasi risiko bencana.

"Kerugian akibat banjir bahkan lebih besar dari kekeringan. Jika kita tidak bijak dalam memperlakukan air, termasuk efisiensi penggunaan dan pengelolaan sampah, dampaknya akan kembali kepada kita," tegas Retno Marsudi.

Dampak Perubahan Iklim Semakin Nyata: Gletser Mencair dan Kenaikan Permukaan Air Laut

Data dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan dampak perubahan iklim semakin nyata. Melelehnya gletser di seluruh dunia telah menyebabkan hilangnya 900 gigaton sumber air tawar utama, sebuah rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 50 tahun terakhir. Kenaikan permukaan air laut juga menjadi ancaman serius, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir.

"Sejak tahun 1900, air laut telah mengalami kenaikan yang signifikan. Data PBB mencatat bahwa pada tahun 2023 saja, 32 juta jiwa terkena dampak bencana terkait air. Lebih lanjut, 680 juta orang yang tinggal di zona pesisir rendah terancam oleh kenaikan permukaan air laut," papar Retno.

Kekeringan Ancam Jutaan Jiwa di Seluruh Dunia

Selain banjir dan kenaikan permukaan air laut, kekeringan juga menjadi masalah serius yang mengancam kehidupan jutaan orang. Pada tahun 2023, tercatat 29,4 juta orang terdampak kekeringan. Proyeksi menunjukkan bahwa tiga per empat penduduk dunia akan terdampak kekeringan pada tahun 2050 mendatang jika tidak ada tindakan pencegahan yang signifikan.

Diplomasi Air: Solusi untuk Mengatasi Krisis Air Global

Menyikapi kondisi ini, Retno Marsudi menekankan pentingnya diplomasi air, terutama dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret. Diplomasi air bertujuan untuk menyatukan berbagai kepentingan agar tercapai solusi yang optimal dalam pengelolaan sumber daya air.

"Ketika dialog menemui jalan buntu, diplomasi harus dikerahkan. Diplomasi bersifat persuasif dan berupaya menjembatani perbedaan," jelasnya.

Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Krisis Air

Retno Marsudi juga menyoroti kurangnya kesadaran masyarakat akan krisis air yang sedang terjadi. Dibandingkan dengan isu energi atau pangan, isu air cenderung kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, penting untuk terus mengedukasi masyarakat agar mereka menyadari betapa seriusnya tantangan yang dihadapi terkait air.

"Jika masyarakat tidak sadar bahwa kita sedang menghadapi tantangan luar biasa mengenai air, maka tidak akan ada perubahan kebiasaan dalam pengelolaan dan penggunaan air," pungkas Retno.

Daftar Poin Penting:

  • Kerugian ekonomi global akibat bencana terkait air mencapai 550 miliar dolar AS pada tahun 2024.
  • Melelehnya gletser menyebabkan hilangnya 900 gigaton sumber air tawar.
  • Kenaikan permukaan air laut mengancam 680 juta orang yang tinggal di zona pesisir rendah.
  • 29,4 juta orang terdampak kekeringan pada tahun 2023.
  • Diplomasi air penting untuk mengatasi krisis air global.
  • Peningkatan kesadaran masyarakat akan krisis air sangat dibutuhkan.