Menjaga Keikhlasan: Waspada 'Skandal Spiritual' yang Menggerogoti Pahala

Di tengah kesibukan duniawi, manusia sering kali lupa akan esensi ibadah yang sebenarnya. Ibadah seharusnya menjadi sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, bukan ajang pamer kesalehan atau mencari validasi dari sesama. Namun, tanpa disadari, jebakan 'skandal spiritual' mengintai, menggerogoti pahala yang telah dikumpulkan.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., dalam sebuah kesempatan menjelaskan bahaya tersembunyi dari kesombongan spiritual ini. Beliau mengutip firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30, yang mengisahkan dialog antara Allah SWT dan para malaikat mengenai penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi.

  • Allah SWT berfirman, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."
  • Malaikat menjawab, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?"
  • Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat ini mengungkap bahwa malaikat, meskipun makhluk yang senantiasa bertasbih dan menyucikan nama Allah, memiliki potensi untuk merasa bangga atas ibadah mereka. Prof. Nasaruddin Umar menekankan bahwa perasaan 'menepuk dada' atas amalan yang telah dilakukan merupakan bibit dari 'skandal spiritual'. Kesombongan, sekecil apapun, dapat merusak ketulusan ibadah dan menghapus nilainya di sisi Allah SWT.

Analogi 'ember bocor' yang disampaikan beliau sangat relevan. Pahala yang dikumpulkan dengan susah payah dapat lenyap begitu saja akibat kesombongan dan keinginan untuk dipuji. Sebaliknya, amalan kecil yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan duniawi, justru dapat menjadi bekal yang berharga di akhirat kelak.

Prof. Nasaruddin Umar mencontohkan sedekah sebagai salah satu bentuk ibadah yang rentan terhadap 'skandal spiritual'. Sedekah dalam jumlah besar yang dipublikasikan dengan tujuan mencari pengakuan, nilainya bisa jadi lebih rendah dibandingkan sedekah recehan yang diberikan secara sembunyi-sembunyi dengan niat yang tulus.

Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu direnungkan:

  • Keikhlasan adalah kunci: Ibadah dan amal kebajikan harus dilakukan semata-mata untuk meraih ridha Allah SWT, bukan untuk mencari pujian atau pengakuan dari manusia.
  • Waspadai kesombongan: Jangan biarkan perasaan bangga atas amalan yang telah dilakukan menggerogoti ketulusan hati.
  • Rahasiakan kebajikan: Semakin dirahasiakan suatu kebajikan, semakin utuh pahalanya di sisi Allah SWT.
  • Jauhi riya: Hindari perbuatan riya, yaitu melakukan amal kebaikan dengan tujuan agar dilihat dan dipuji orang lain.

Oleh karena itu, mari senantiasa introspeksi diri dan membersihkan hati dari segala bentuk kesombongan dan riya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita keikhlasan dalam setiap langkah kebaikan dan melindungi kita dari jebakan 'skandal spiritual' yang dapat menghapus pahala di akhirat. Dengan demikian, ibadah yang kita lakukan akan menjadi bekal yang berharga untuk meraih kebahagiaan abadi.