Kontroversi Editor Dragon Ball: Perlakuan terhadap Akira Toriyama Picu Amarah Penggemar
Kontroversi Editor Dragon Ball: Perlakuan terhadap Akira Toriyama Picu Amarah Penggemar
Kabar duka meninggalnya Akira Toriyama, kreator Dragon Ball, pada 1 Maret 2024 lalu masih menyisakan kesedihan mendalam bagi para penggemarnya di seluruh dunia. Namun, baru-baru ini, sebuah kontroversi mencuat terkait perlakuan para editor Weekly Shonen Jump terhadap Toriyama semasa hidupnya, khususnya saat ia mengalami masalah kesehatan. Hal ini terungkap melalui podcast KosoKoso yang dipandu oleh Kazuhiko Torishima (mantan editor Toriyama) dan Yuji Horii (kreator Dragon Quest).
Dalam episode tersebut, Torishima bersama dua editor Dragon Ball lainnya, Yu Kondo dan Fuyuto Takeda, mengenang masa-masa mereka bekerja bersama Toriyama selama 11 tahun di Weekly Shonen Jump. Percakapan inilah yang kemudian memicu kemarahan para penggemar.
Tekanan Kerja di Tengah Kondisi Kesehatan yang Menurun
Menurut transkrip percakapan yang dibagikan oleh akun @Venixys di platform X, para editor tersebut membahas tantangan yang dihadapi Toriyama saat harus menyelesaikan chapter Dragon Ball untuk Shonen Jump dalam waktu dua minggu. Kondisi ini memaksa Toriyama untuk mengerjakan dua episode secara paralel. Pada saat itu, Toriyama diketahui menderita tendinitis, peradangan pada tendon yang dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan dalam bergerak.
Toriyama kemudian mengajak Kondo dan Torishima bertemu di sebuah kafe untuk membahas kondisi kesehatannya dan mencari solusi, seperti penundaan jadwal atau pembatalan sementara. Namun, respons yang diberikan Torishima justru menuai kecaman. Ia meminta Toriyama menuliskan namanya di sebuah kertas, dan setelah melihatnya, ia berkata dengan santai, "Lihat, kau masih bisa menggambar kok."
Torishima berdalih bahwa ia yakin masalah yang dihadapi Toriyama bukan masalah fisik, melainkan mental. Ia bahkan menyebut dirinya sedang "berjudi" dengan keyakinannya tersebut. Pernyataan dan tindakan inilah yang dianggap tidak sensitif dan memicu amarah para penggemar.
Perbandingan dengan Mangaka Lain dan Reaksi Penggemar
Banyak penggemar yang membandingkan perlakuan terhadap Toriyama dengan perlakuan terhadap mangaka lain di Shonen Jump yang juga sempat hiatus karena masalah kesehatan. Beberapa nama yang disebutkan antara lain Eiichiro Oda (One Piece), Kohei Horikoshi (My Hero Academia), dan Yoshihiro Togashi (Hunter x Hunter). Mereka diberikan kelonggaran dan waktu istirahat untuk memulihkan kondisi kesehatan mereka.
Para penggemar menilai bahwa editor Toriyama seharusnya lebih berempati dan memberikan dukungan yang sama. Mereka merasa bahwa Toriyama telah dipaksa untuk bekerja di bawah tekanan yang berat, bahkan ketika kondisinya tidak memungkinkan. Hal ini dianggap sebagai bentuk eksploitasi dan kurangnya penghargaan terhadap kesehatan dan kesejahteraan seorang seniman.
Reaksi para penggemar pun beragam, mulai dari kekecewaan, kemarahan, hingga seruan untuk menghormati karya-karya Toriyama dan mengenang jasanya dalam dunia manga dan anime.
Dampak dan Refleksi
Kontroversi ini memicu diskusi yang lebih luas tentang etika kerja di industri manga dan anime Jepang. Banyak yang menyoroti tekanan dan tuntutan yang tinggi terhadap para kreator, yang seringkali mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Kasus Akira Toriyama menjadi contoh nyata tentang bagaimana pentingnya memberikan dukungan dan perhatian yang cukup kepada para seniman, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan manusiawi.
Kepergian Akira Toriyama merupakan kehilangan besar bagi dunia hiburan. Karyanya, Dragon Ball, telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia dan akan terus dikenang sepanjang masa. Kontroversi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk menghargai para kreator dan memastikan bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang layak.
- Akira Toriyama meninggal dunia pada usia 68 tahun akibat hematoma subdural akut.
- Pemakaman diadakan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga.