Perombakan Jajaran Pimpinan Empat Bank BUMN: Strategi Dividen, Buyback Saham, dan Implikasi bagi BSI
Perombakan Jajaran Pimpinan Empat Bank BUMN: Strategi Dividen, Buyback Saham, dan Implikasi bagi BSI
Pekan ini menjadi saksi rampungnya agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan bagi empat bank BUMN terkemuka di Indonesia: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). RUPS Tahunan ini tidak hanya membahas kinerja keuangan tahunan, tetapi juga mengumumkan keputusan strategis terkait pembagian dividen, rencana pembelian kembali saham (buyback), dan yang tak kalah penting, perombakan dalam jajaran direksi dan komisaris.
Dinamika Perubahan dalam Jajaran Direksi
Perubahan signifikan terjadi dalam komposisi direksi beberapa bank. Di BRI, Agus Noorsanto, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur bisnis wholesale dan kelembagaan, kini didapuk sebagai wakil direktur utama. Sementara itu, kursi yang ditinggalkan Putrama di Bank Mandiri akan diisi oleh Alexandra Askandar, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Bank Mandiri.
Bank Mandiri memberikan kepercayaan penuh kepada Darmawan Junaidi untuk melanjutkan kepemimpinannya sebagai direktur utama pada periode 2025-2030. Posisi wakil direktur utama diisi oleh Riduan, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur corporate banking, menggantikan Alexandra Askandar. Di BTN, Nixon L. P. Napitupulu tetap dipercaya sebagai direktur utama, sementara Oni Febriarto Rahardjo masih menduduki posisi wakil direktur utama.
Dividen Menggiurkan untuk Pemegang Saham
Salah satu agenda penting dalam RUPS Tahunan adalah pengumuman dividen. BRI mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp 51,74 triliun untuk tahun buku 2024, atau setara dengan Rp 208,40 per saham. Sebagian dari dividen ini, sebesar Rp 20,33 triliun atau Rp 135 per lembar, telah dibayarkan sebagai dividen interim pada 15 Januari 2025.
Bank Mandiri tak kalah menggembirakan bagi para pemegang sahamnya, dengan mengumumkan dividen tunai sebesar Rp 43,51 triliun, atau Rp 466,18 per saham. Angka ini setara dengan 78 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2024.
BBNI menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 13,96 triliun, atau Rp 374 per saham, yang mewakili 65 persen dari laba bersih tahun buku 2024. Sementara itu, BTN memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 751,83 miliar, atau Rp 53,57 per saham, yang berasal dari 25 persen laba bersih tahun buku 2024.
Berikut rincian pembagian dividen:
- BBRI: Rp 51,74 triliun (Rp 208,40 per saham)
- BMRI: Rp 43,51 triliun (Rp 466,18 per saham)
- BBNI: Rp 13,96 triliun (Rp 374 per saham)
- BBTN: Rp 751,83 miliar (Rp 53,57 per saham)
Strategi Buyback Saham: Meningkatkan Kepercayaan Investor
Selain dividen, RUPS Tahunan juga membahas dan menyetujui rencana pembelian kembali saham (buyback). BRI menyetujui buyback saham senilai maksimal Rp 3 triliun, yang akan dilaksanakan melalui bursa efek maupun di luar bursa efek dalam jangka waktu maksimal 12 bulan setelah RUPST.
Bank Mandiri juga menyetujui rencana buyback saham senilai maksimal Rp 1,17 triliun, sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang perusahaan. BNI menyetujui buyback saham dengan nilai maksimal Rp 1,5 triliun.
BTN masih dalam tahap pengkajian opsi buyback di pasar Indonesia.
Berikut rincian rencana buyback saham:
- BBRI: Maksimal Rp 3 triliun
- BMRI: Maksimal Rp 1,17 triliun
- BBNI: Maksimal Rp 1,5 triliun
- BBTN: Masih dalam pengkajian
Bagaimana dengan BSI?
Di tengah hiruk pikuk RUPS Tahunan bank-bank BUMN lainnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) belum mengumumkan agenda serupa. Namun, RUPS Tahunan BSI mendatang diperkirakan akan mengumumkan pengganti Hery Gunardi, yang telah pindah ke BRI. Selain itu, Salahdin D. Effendi, salah satu direktur BSI, juga diketahui pindah menjadi Direktur Teknologi dan Informasi BRI, dan Ari Rizaldi menjadi Direktur Treasury and International di Bank Mandiri.
Sejak merger pada 2021, BSI telah mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Aset perseroan melonjak dari Rp 236 triliun pada Februari 2021 menjadi Rp 409 triliun per akhir 2024, menempatkan BSI di peringkat keenam dalam industri perbankan nasional. Dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami kenaikan dari Rp 206 triliun menjadi Rp 327 triliun, sementara pembiayaan tumbuh menjadi Rp 278 triliun dengan rasio NPF gross di level 1,90 persen. Laba bersih BSI juga meningkat pesat, dari Rp 2,1 triliun pada 2020 menjadi Rp 7 triliun pada akhir 2024.
Perkembangan di BSI menjadi sorotan menarik, mengingat pergeseran posisi direksi ke bank BUMN lain. Langkah ini tentu akan menimbulkan pertanyaan tentang strategi dan arah BSI ke depan, serta bagaimana BSI akan mempertahankan momentum pertumbuhan yang telah dicapai.