Pesona Kuliner Ramadhan di Kota Tua Ampenan: Nostalgia dan Cita Rasa Khas Lombok
Pesona Kuliner Ramadhan di Kota Tua Ampenan: Nostalgia dan Cita Rasa Khas Lombok
Kota Tua Ampenan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, kembali menjadi magnet bagi masyarakat yang ingin menikmati suasana ngabuburit dan berburu kuliner khas Ramadhan. Setiap tahunnya, area ini tak pernah sepi, terutama menjelang waktu berbuka puasa. Pada hari-hari awal Ramadhan 1446 H (2025), sejak pukul 15.30 WITA, akses menuju Kota Tua Ampenan telah dipadati kendaraan. Arus lalu lintas pun melambat karena tingginya antusiasme masyarakat yang ingin merasakan atmosfer unik dan cita rasa kuliner tradisional yang ditawarkan. Hal ini menunjukan daya tarik Kota Tua Ampenan yang tetap eksis di tengah menjamurnya tempat kuliner modern.
Salah satu daya tarik utama Kota Tua Ampenan adalah keberagaman kuliner khas Lombok yang disajikan. Di area Ampenan City Center (ACC), puluhan pedagang menjajakan aneka takjil dan hidangan berbuka puasa. Sarimuke, kue tradisional berlapis dari ketan dan gula aren, menjadi primadona. Ella, penerus usaha sarimuke peninggalan ibunya, menuturkan bahwa setiap harinya ia mampu menjual hingga 10 loyang sarimuke dengan harga Rp 150.000 hingga Rp 225.000 per loyang. Menariknya, Ella juga menyediakan porsi kecil dengan harga terjangkau, agar semua kalangan dapat menikmati kelezatan sarimuke. Selain sarimuke, berbagai jajanan lain seperti kelepon, cerorot (jajanan dari tepung beras dan gula merah), abuk (jajanan dari tepung ketan, kelapa, dan gula merah), dan pulek (kolak pisang) turut meramaikan pasar. Keberagaman ini menunjukkan kekayaan kuliner lokal Lombok yang begitu menggugah selera.
Tak hanya jajanan manis, hidangan utama berbuka puasa pun tersedia berlimpah. Sate ikan Tanjung, dengan 700 tusuk terjual sebelum pukul 17.00 WITA, menjadi bukti popularitas kuliner ini. Diyah, sang pedagang, menjelaskan rahasia kesuksesannya yaitu rasa sate yang gurih, pelayanan cepat, dan sistem pemesanan lewat telepon yang memudahkan pelanggan. Hal ini menunjukkan bagaimana strategi penjualan yang tepat turut menyukseskan usaha kuliner di Kota Tua Ampenan.
Selain sate ikan, ebatan, hidangan yang oleh sebagian orang disebut sebagai 'makanan para raja', juga menjadi incaran. Ebatan merupakan sajian sayur-sayuran seperti daun belimbing, pare, terong, jantung pisang, dan daging cincang yang dimasak dengan bumbu rendang yang kaya rempah. Keunikan rasa dan proses pembuatannya yang khusus menjadikannya hidangan favorit. Kesuksesan penjual ebatan menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap kuliner tradisional.
Di luar kuliner tersebut, Kota Tua Ampenan juga menawarkan es campur 'jadul' yang tak kalah menarik. Kombinasi tape singkong, kolang-kaling, cincau hitam, dan es serut dengan alat tradisional mampu memberikan sensasi kesegaran tersendiri. Bagi Emy, seorang warga pendatang, Kota Tua Ampenan menghadirkan nostalgia dan kenangan akan kuliner masa lalu, menjadikannya tempat berbuka puasa yang istimewa.
Lebih dari sekadar tempat makan, Kota Tua Ampenan menyimpan nilai sejarah dan budaya yang kental. Bangunan-bangunan tua, tukang sol sepatu, tukang servis jam tangan, dan tempat cukur rambut tradisional masih bertahan, menambah daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Kenangan dan suasana tempo dulu inilah yang menjadikan Kota Tua Ampenan tempat yang selalu dirindukan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Ramadhan di Mataram.
Berikut beberapa kuliner yang ditawarkan di Kota Tua Ampenan:
- Sarimuke
- Kelepon
- Cerorot
- Abuk
- Pulek (Kolak Pisang)
- Sate Ikan Tanjung
- Ebatan
- Es Campur Tradisional