Tragedi Kebakaran Hutan Terburuk Melanda Korea Selatan, Puluhan Nyawa Melayang dan Situs Bersejarah Terancam

Kobaran Api Landa Korea Selatan: Rekor Kebakaran Hutan Terburuk dan Dampak Memilukan

Korea Selatan tengah berduka akibat kebakaran hutan dahsyat yang meluas dengan cepat, menyebabkan kerugian nyawa dan kerusakan signifikan terhadap properti serta warisan budaya. Bencana ini menjadi catatan kelam sebagai kebakaran hutan terburuk yang pernah dialami Negeri Ginseng.

Berdasarkan laporan terkini, kobaran api telah merenggut 27 jiwa dan menyebabkan puluhan lainnya terluka. Lebih dari 35.000 hektar lahan telah hangus terbakar, menghancurkan 325 bangunan dan memaksa lebih dari 37.180 orang untuk mengungsi dari kediaman mereka.

"Kita berada dalam situasi darurat nasional dengan banyaknya korban jiwa akibat penyebaran api yang sangat cepat, ini belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap pelaksana tugas Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo, saat memimpin rapat penanggulangan bencana.

Angin Kencang Memperparah Situasi

Api dengan cepat menyebar akibat hembusan angin kencang dan kondisi cuaca kering yang ekstrem. Tim pemadam kebakaran kewalahan menghadapi kecepatan rambatan api, terutama di wilayah pegunungan yang menjadi lanskap khas Korea Selatan. Akses yang sulit membuat pemadaman api sangat bergantung pada penggunaan helikopter.

Sebanyak 9.000 petugas pemadam kebakaran dan 120 helikopter dikerahkan untuk memadamkan api. Militer turut serta memberikan dukungan dengan menyediakan bahan bakar penerbangan untuk memastikan helikopter dapat terus beroperasi.

Tragisnya, seorang pilot helikopter dilaporkan tewas dalam kecelakaan saat berupaya memadamkan api, menambah duka mendalam dalam upaya penanggulangan bencana ini.

Warisan Budaya Terancam

Selain kerugian nyawa dan kerusakan properti, kebakaran hutan ini juga mengancam warisan budaya Korea Selatan. Sejumlah benda bersejarah, termasuk patung Buddha, telah dievakuasi dari area berisiko tinggi.

Namun, sayangnya, tidak semua situs bersejarah dapat diselamatkan. Setidaknya 18 situs bersejarah, termasuk kompleks kuil Gounsa di Uiseong, dilaporkan hancur dilalap api. Lebih dari 1.500 benda bersejarah lainnya dinyatakan hilang.

Upaya penyelamatan difokuskan pada desa Andong Hahoe, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO yang berjarak sekitar 190 kilometer dari Seoul. Pihak berwenang berusaha keras menghambat penyebaran api untuk melindungi bangunan-bangunan bersejarah beratap jerami di desa tersebut.

Investigasi Penyebab Kebakaran

Pihak berwenang menduga kelalaian manusia menjadi penyebab utama kebakaran hutan ini. Beberapa kasus menyebutkan aktivitas seperti pembakaran rumput di makam keluarga atau percikan api dari pekerjaan pengelasan menjadi pemicu awal kobaran api.

Menteri Kehutanan Korea Selatan, Lim Sang-seop, mengungkapkan bahwa hujan diperkirakan akan turun, namun tidak cukup untuk memadamkan api secara signifikan.

Wakil Kepala Pusat Tanggap Bencana Pemerintah, Lee Han-kyung, menyatakan bahwa kebakaran hutan ini merupakan manifestasi dari "realitas krisis iklim yang belum pernah kita alami sebelumnya."

Dampak Jangka Panjang dan Upaya Pemulihan

Kebakaran hutan ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi dan jiwa, tetapi juga dampak psikologis yang mendalam bagi masyarakat Korea Selatan. Trauma akibat kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan warisan budaya akan membutuhkan waktu untuk pulih.

Pemerintah Korea Selatan telah berjanji untuk memberikan bantuan kepada para korban dan melakukan investigasi menyeluruh terhadap penyebab kebakaran. Upaya reboisasi dan restorasi situs-situs bersejarah yang terdampak juga menjadi prioritas utama.

Bencana ini menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi risiko kebakaran hutan dan perlunya tindakan pencegahan yang lebih efektif untuk melindungi lingkungan dan warisan budaya berharga.