Harmoni Lebaran: Kisah Empat Nona Papua Merayakan Libur Sekolah di Magelang

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, suasana mudik terasa kental di berbagai penjuru Indonesia, tak terkecuali di Terminal Cicaheum, Bandung. Di tengah riuhnya para pemudik yang hendak bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman, terlihat empat remaja putri asal Papua yang tengah menanti bus menuju Magelang, Jawa Tengah.

Griselda Barbalina Neres, Maria Kritina, Ana, dan Asti, siswi kelas 1 SMA Bina Persada Nusantara Cibiru, Bandung, memilih Magelang sebagai tujuan liburan sekolah mereka. Keempatnya berencana mengunjungi kakak Griselda yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta. Libur panjang sekolah menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk berpetualang dan menikmati suasana baru.

"Kami memang berencana liburan ke tempat kakak. Dia mengajak kami untuk datang bersama teman-teman," ujar Griselda, menceritakan awal mula rencana liburan mereka.

Keempat gadis Papua ini telah memegang tiket keberangkatan dengan jadwal pukul 16.00 WIB. Sambil menunggu, mereka tampak menikmati suasana terminal yang ramai dengan pemudik. Tas-tas mereka telah terisi penuh dengan pakaian dan perlengkapan untuk liburan.

Meskipun masih muda, Griselda, Maria, Ana, dan Asti memiliki semangat untuk menuntut ilmu di luar Papua. Mereka mendapatkan beasiswa dari sekolah masing-masing dan bercita-cita menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akan kembali membangun kampung halaman.

Proses adaptasi di Bandung berjalan relatif lancar bagi keempatnya. Kendala bahasa menjadi tantangan utama, namun mereka dengan cepat belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Griselda mengungkapkan bahwa perbedaan cuaca dan makanan tidak menjadi masalah besar bagi mereka.

"Adaptasinya soal bahasa saja. Kalau makanan, tidak terlalu sulit karena di Papua juga banyak masakan pedas, bahkan lebih pedas dari Bandung. Cuaca juga tidak terlalu berpengaruh," jelas Griselda.

Sebelum berangkat, keempatnya telah meminta izin dari orang tua masing-masing. Meskipun beragama Nasrani, mereka turut merasakan suka cita menyambut Hari Raya Idul Fitri. Griselda menceritakan pengalamannya merayakan lebaran di Papua.

"Malam takbiran di Papua bahkan lebih meriah. Orang-orang turun ke jalan, menyalakan petasan, dan menabuh drum. Pagi harinya, kami saling mengunjungi tetangga. Yang paling saya ingat adalah makanan khas lebaran seperti ketupat, buras, rendang, dan opor," kenang Griselda.

Tradisi saling menghormati dan mengunjungi antarumat beragama juga terjadi saat Natal. Griselda dan teman-temannya mengundang teman-teman Muslim untuk datang ke rumah dan menikmati hidangan Natal bersama.

Ana, salah satu dari keempatnya, mengungkapkan alasannya memilih ikut liburan ke Magelang. Ia mengaku ingin melepas penat setelah lama berada di asrama.

"Bosan kalau di asrama, ingin liburan. Makanya ikut, rencananya mau ke Jogja liburannya," kata Ana dengan polos.

Kisah Griselda, Maria, Ana, dan Asti menjadi contoh indahnya toleransi dan persahabatan di tengah perbedaan. Liburan mereka ke Magelang bukan hanya sekadar perjalanan rekreasi, tetapi juga kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan dan belajar tentang budaya lain.