Mantan Duta Berbakat Unair Terjerat Kasus Pelecehan Seksual: Rekam dan Jual Video Wanita di Toilet

Mantan Duta Berbakat Unair Terjerat Kasus Pelecehan Seksual: Rekam dan Jual Video Wanita di Toilet

Surabaya, Jawa Timur - JHPM (22), alumni Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, tengah menjadi sorotan publik setelah terjerat kasus dugaan pelecehan seksual. Pria ini diduga merekam aktivitas perempuan di toilet kampus dan sejumlah pusat perbelanjaan di Surabaya dan Sidoarjo. Parahnya, video-video rekaman tersebut diduga dijual secara daring dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 700.000.

Ironisnya, JHPM pernah menyandang predikat sebagai Duta Berbakat FIB Unair pada tahun 2021. Informasi ini terungkap melalui laman resmi FIB Unair yang mengumumkan terpilihnya JHPM, bersama enam mahasiswa lainnya, sebagai Duta Berbakat Prodi Ilmu Sejarah angkatan 2020. Penghargaan tersebut diumumkan pada 27 Juli 2021. Kasus ini pun menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana seseorang yang pernah mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari institusi pendidikan ternama dapat terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum dan etika moral yang serius.

Kepala Prodi Ilmu Sejarah FIB Unair, Prof. Sarkawi B. Husain, telah memberikan klarifikasi resmi terkait kasus ini. Ia menegaskan bahwa tindakan JHPM tidak terkait dengan kegiatan akademik di universitas. Oleh karena itu, pihak Unair menyatakan tidak akan mencabut gelar yang telah diperoleh JHPM karena pelanggaran yang dilakukannya bukan merupakan pelanggaran akademik, seperti plagiarisme. "Pelanggarannya bukan karena masalah akademik," tegas Prof. Sarkawi.

Kasus ini mencuat ke publik setelah pemilik akun X @aarummanis mengunggah serangkaian bukti yang meliputi wajah terduga pelaku, tangkapan layar percakapan, klarifikasi, dan ijazah JHPM dari Unair. Dalam unggahan tersebut, @aarummanis juga menyoroti dugaan penjualan video-video rekaman tersebut dengan harga yang cukup tinggi. "Tidak hanya itu, pelaku juga menjual hasil video yang ia rekam diam-diam dengan harga Rp 100-700 ribu," tulis akun tersebut.

Polisi saat ini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap kasus ini secara tuntas. Kemungkinan adanya keterlibatan jaringan atau sindikasi dalam bisnis penjualan video pornografi juga sedang ditelusuri. Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran kolektif dalam mencegah dan memberantas segala bentuk pelecehan seksual, serta perlunya mekanisme yang efektif untuk menindak para pelakunya.

Pihak Unair, meskipun tidak mencabut gelar akademik JHPM, perlu mempertimbangkan implikasi dari kasus ini terhadap reputasi lembaga. Penting bagi institusi pendidikan untuk mengambil langkah-langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang, termasuk memberikan edukasi yang intensif tentang etika, kesopanan, dan hukum yang terkait dengan pelecehan seksual kepada seluruh civitas akademika.

Kejadian ini juga menyoroti pentingnya perlindungan terhadap korban pelecehan seksual dan perlunya akses yang mudah bagi mereka untuk melaporkan tindakan kejahatan tersebut tanpa rasa takut. Media sosial, meskipun dapat digunakan untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran publik, juga perlu digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab, menghindari penyebaran informasi yang tidak akurat atau bersifat fitnah.

Kasus ini bukan hanya tentang seorang individu, tetapi juga tentang sistem dan budaya yang mungkin telah memungkinkan tindakan ini terjadi. Investigasi yang menyeluruh dan transparan diperlukan untuk mengungkap kebenaran dan memastikan keadilan bagi korban. Lebih lanjut, upaya pencegahan dan perlindungan yang komprehensif perlu diimplementasikan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan setara bagi semua individu.