BNPT Gencarkan Dialog Kebangsaan: Benteng Persatuan Lawan Radikalisme

BNPT Gencarkan Dialog Kebangsaan: Benteng Persatuan Lawan Radikalisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus menggencarkan program dialog kebangsaan sebagai strategi utama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kepala BNPT, Komjen Pol. Eddy Hartono, menekankan pentingnya dialog ini dalam menangkal ancaman radikalisme dan terorisme yang masih menjadi tantangan serius bagi NKRI.

"Paham radikal terorisme adalah ancaman nyata. Edukasi dan literasi tentang bahaya paham kekerasan ini harus terus digalakkan di tengah masyarakat," tegas Eddy Hartono dalam acara Dialog Kebangsaan di Pekanbaru, Riau, yang diselenggarakan bersama Komisi III DPR RI.

Dialog Kebangsaan: Merangkul Semua Elemen

Dialog Kebangsaan ini melibatkan 240 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, partai politik, dan mahasiswa. Keberagaman peserta ini mencerminkan komitmen BNPT untuk merangkul semua elemen masyarakat dalam upaya pencegahan terorisme.

Eddy Hartono mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menghadapi ancaman terorisme, mulai dari pemberontakan DI/TII di era Orde Lama, metamorfosis kelompok residu DI/TII di Orde Baru, hingga serangkaian aksi pengeboman di era Reformasi.

  • Orde Lama: Pemberontakan DI/TII
  • Orde Baru: Kemunculan kelompok residu DI/TII dan penanganan melalui pendekatan intelijen Bakorstanasda
  • Reformasi: Serangkaian pengeboman (Bom Malam Natal, Bom Bali I, Bom Bali II, dll.)

"Pemerintah sempat kaget dengan munculnya aksi terorisme di era Reformasi. Kemudian dibentuk Desk Terorisme di bawah Menko Polkam dan operasi penegakan hukum," jelas Eddy.

RAN-PE dan Astacita Presiden

BNPT juga memiliki program Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN-PE) berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme. Program ini selaras dengan Astacita Presiden RI Prabowo Subianto dan prioritas RPJMN.

Dalam upaya pencegahan radikalisme, BNPT mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman paham radikal yang tumbuh dari intoleransi.

"Budaya toleransi beragama dan antar-suku bangsa harus terus dipelihara agar tidak terjadi intoleransi yang dapat berujung pada tindakan terorisme," imbau Eddy.

Persatuan dan Kebangsaan: Pilar Utama

Ketua Komisi III DPR RI, Willy Aditya, menekankan pentingnya membangun diskusi tentang persatuan, terutama di bulan Ramadan. Ia mengingatkan bahwa Indonesia terbentuk sebagai bangsa dengan kontribusi besar dari bangsa Melayu, dengan konsep persaudaraan dan kebangsaan sebagai pilarnya.

"Memerangi terorisme dan memperkuat persaudaraan tidak cukup hanya dengan seminar atau pembelajaran kognitif, tetapi juga harus dilakukan melalui dialog dan kerja bersama," kata Willy.

Dialog Kebangsaan diharapkan dapat memberikan manfaat nyata dalam memperkuat persatuan dan kebangsaan Indonesia, menjadi benteng kokoh dalam melawan radikalisme dan terorisme.