Harmoni dalam Sajian: Ngejot, Tradisi Toleransi Lintas Agama di Bali dan Lombok

Ngejot: Simbol Kerukunan Lintas Agama di Bali dan Lombok

Menjelang hari raya, tradisi Ngejot kembali menghiasi Pulau Dewata dan Lombok. Lebih dari sekadar berbagi makanan, Ngejot adalah manifestasi nyata dari kerukunan antar umat beragama yang telah lama terjalin.

Makna Filosofis dan Praktik Ngejot

Ngejot, yang dalam bahasa Sasak dikenal sebagai saling tanjak, memiliki makna filosofis yang mendalam, yaitu mempererat tali persaudaraan dan memelihara keharmonisan sosial. Tradisi ini diwujudkan dalam bentuk saling mengantarkan makanan antar warga yang berbeda keyakinan. Makanan yang dibagikan pun beragam, mulai dari buah-buahan, jajanan tradisional, hingga hidangan khas daerah.

Tradisi ini mengakar kuat di kalangan suku Sasak di Lombok dan masyarakat Bali. Suku Sasak memiliki prinsip sosial yang luhur, "ndkn kanggo mesak mambu ime", yang mengajarkan bahwa hasil bumi atau rezeki tidak boleh dinikmati sendiri, melainkan harus dibagi dengan sesama, tanpa memandang perbedaan.

Makanan yang disiapkan oleh warga Bali, dikenal sebagai sumite, khusus untuk Ngejot disajikan tanpa dicampuri doa-doa Hindu dan disebut sukle. Hal ini menunjukkan penghormatan terhadap keyakinan penerima. Baik sumite maupun hidangan dari suku Sasak, harus diantarkan langsung dan tidak boleh mengandung bahan yang diharamkan, seperti babi atau daging yang tidak disembelih sesuai syariat Islam. Sebagai contoh, warga Hindu Bali yang biasanya tidak membuat telur opor, akan membuatnya khusus untuk dibagikan saat Ngejot.

Ngejot di Bali: Mempererat Silaturahmi

Rektor Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa (UHN IGB), I Gusti Ngurah Sudiana, menjelaskan bahwa bagi umat Muslim, Ngejot juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi dan mempererat hubungan dengan sesama. Interaksi antara warga Hindu dan Islam ini terwujud dalam bentuk mengantarkan makanan kepada kerabat atau tetangga yang berbeda agama.

Tradisi Ngejot merupakan wujud nyata kerukunan yang telah lama terbangun di Bali. Praktik ini lazim dilakukan dalam menyambut hari raya, seperti Lebaran atau Idul Fitri, serta Galungan.

Berbagi kue dan buah-buahan dengan tetangga terdekat di setiap desa menjadi praktik yang tumbuh subur dan dijaga dalam keberagaman.

Ngejot di Lombok: Wujud Persaudaraan

Di Lombok, tradisi Ngejot juga dilestarikan dengan baik. Salah satunya oleh warga Desa Mareje Timur, Dusun Tendaun. Warga setempat biasanya melakukan Ngejot sehari sebelum hari raya.

Di Mareje Timur, Ngejot menjadi simbol persaudaraan antara umat Buddha dan Islam. Praktik saling memberi dan berbagi kebaikan ini dilakukan saat hari besar keagamaan, seperti Waisak dan Pattidana masal bagi umat Buddha, serta Idul Fitri bagi umat Islam.

Tokoh agama Buddha, Romo Darma, menjelaskan bahwa Ngejot merupakan sarana berbagi kepada sesama, di mana makanan dibagikan kepada tetangga yang berbeda keyakinan. Nilai-nilai Buddhis yang terkandung dalam tradisi ini adalah nilai berbagi dan nilai persahabatan.

Ngejot di Momen Natal

Keindahan Ngejot tidak hanya terbatas pada hari raya umat Muslim, Hindu, dan Buddha. Tradisi ini juga dilakukan saat Natal tiba. Warga Banjar Tangeb, Kabupaten Badung, Bali, antara umat Hindu dan Katolik, mempraktikkan Ngejot saat Natal.

Ngejot saat Natal diwarnai dengan saling berbagi jaje uli, buah-buahan, rengginang, dodol, dan berbagai makanan serta jajanan lainnya. Meskipun nilai ekonominya relatif kecil, makna simboliknya sangat besar, yaitu menumbuhkan modal sosial di antara kerabat, tetangga, dan teman yang berbeda agama.

Peneliti I Nyoman Darsana dan Ni Wayan Yusi Armini menjelaskan bahwa tradisi berbagi makanan ini merujuk pada konsep tali asih dalam Katolik dan tat Twam Asi dalam ajaran agama Hindu.

Warga Bali dalam relasi sosial juga menganut paham menyama braya, yaitu kekayaan utama dalam hidup, jalan untuk menggapai kebahagiaan dan keharmonisan hidup, serta kearifan lokal untuk menjaga integrasi sosial, yang meyakini bahwa manusia, apapun etnis, golongan, agama, suku, dan budayanya, adalah saudara.