Masa Depan Penerbangan Berkelanjutan di Ujung Tanduk: Produksi SAF Melambat, Target Emisi Terancam

Masa Depan Penerbangan Berkelanjutan di Ujung Tanduk: Produksi SAF Melambat, Target Emisi Terancam

Laporan terbaru dari Boston Consulting Group (BCG) memberikan gambaran suram bagi ambisi keberlanjutan industri penerbangan global. Studi tersebut mengungkapkan bahwa produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF), atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan, berjalan lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga menimbulkan keraguan serius terhadap kemampuan sektor ini untuk mencapai target pengurangan emisi yang telah ditetapkan.

Temuan BCG menunjukkan bahwa pada tahun 2024, SAF hanya menyumbang sekitar 0,3% dari total bahan bakar jet yang digunakan di seluruh dunia. Angka ini jauh dari cukup untuk memenuhi target ambisius yang ditetapkan untuk tahun 2030, yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju netralitas karbon pada tahun 2050.

Faktor Penghambat Produksi SAF

Laporan BCG, yang didasarkan pada survei terhadap lebih dari 500 eksekutif dari 200 perusahaan terkait penerbangan, mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menghambat pertumbuhan produksi SAF:

  • Ketidakpastian Ekonomi: Fluktuasi ekonomi global menciptakan lingkungan yang tidak pasti bagi investasi jangka panjang dalam fasilitas produksi SAF.
  • Biaya Energi dan Operasional yang Tinggi: Proses produksi SAF saat ini masih memerlukan biaya energi dan operasional yang signifikan, sehingga meningkatkan harga jual bahan bakar tersebut.
  • Investasi yang Tidak Memadai: Maskapai penerbangan dan bandara, yang merupakan konsumen utama SAF, baru mengalokasikan 1% hingga 3% dari pendapatan atau anggaran mereka untuk investasi dalam SAF.

Akibat faktor-faktor ini, BCG memperkirakan bahwa pasokan SAF pada tahun 2030 akan berada 30% hingga 45% di bawah target yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerbangan komersial.

Dampak pada Harga dan Adopsi

Biaya produksi SAF yang tinggi secara langsung berdampak pada harga jual bahan bakar tersebut. Saat ini, SAF dapat berharga tiga hingga lima kali lebih mahal daripada bahan bakar jet konvensional. Selisih harga yang signifikan ini menjadi penghalang utama bagi adopsi SAF secara luas oleh maskapai penerbangan.

Implikasi Kebijakan dan Regulasi

Beberapa negara dan organisasi telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong penggunaan SAF melalui mandat dan standar khusus. Misalnya, maskapai penerbangan Eropa diharapkan untuk memenuhi mandat penggunaan SAF sebesar 2% pada bahan bakar jet mereka tahun ini, yang akan meningkat menjadi 6% pada tahun 2030. Namun, tanpa dukungan kebijakan yang lebih kuat dan insentif keuangan yang lebih besar, upaya ini mungkin tidak cukup untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

Langkah Selanjutnya

Direktur Pelaksana dan Mitra BCG, Pelayo Losada, menekankan perlunya tindakan yang lebih cepat dan terkoordinasi untuk mengatasi kesenjangan antara ambisi dan realitas produksi SAF. Ia menyerukan investasi yang lebih besar dalam pengembangan proyek SAF, komitmen perusahaan yang lebih kuat, dan kerangka kebijakan yang mendukung untuk mendorong pertumbuhan industri SAF.

Kegagalan untuk mengatasi tantangan ini dapat mengancam kemampuan industri penerbangan untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2050, dan membahayakan upaya global untuk memerangi perubahan iklim.