Tips Aman dari Pelecehan di KRL: Strategi Pengguna Setia Melindungi Diri

Mengamankan Diri di KRL: Tips dari Pengguna untuk Menghindari Pelecehan Seksual

Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line, meskipun menjadi tulang punggung transportasi publik bagi jutaan orang di Jakarta dan sekitarnya, sayangnya tidak luput dari masalah pelecehan seksual. Pengalaman tidak menyenangkan ini mendorong para pengguna setia, khususnya perempuan, untuk mengembangkan strategi perlindungan diri. Aulia (24), seorang pengguna KRL yang pernah menjadi korban, berbagi tips jitu untuk menghindari menjadi target pelecehan di tengah kepadatan penumpang.

Strategi dengan Tas Ransel:

Pengalaman pahit membuat Aulia mengubah cara membawa tasnya. Jika sebelumnya tas ransel digendong di depan, kini selalu berada di belakang. Ia menjelaskan:

"Sejak kejadian itu, saya enggak pernah meletakkan tas di depan lagi, tas tetap aku gendong di belakang."

Aulia meyakini bahwa menempatkan tas di punggung memberikan lapisan perlindungan terhadap sentuhan yang tidak diinginkan, terutama saat kondisi KRL penuh sesak. Fokusnya bukan lagi pada keamanan barang berharga, melainkan pada keamanan diri.

"Saya enggak khawatir barang berharganya hilang karena tas digendong di belakang. Saya lebih khawatir tubuh sisi belakang bersentuhan fisik dengan laki-laki," ujarnya.

Memilih Posisi Strategis:

Selain tas ransel, Aulia juga memperhatikan posisi berdiri di dalam gerbong. Ia berusaha mencari posisi yang meminimalkan kontak fisik dengan penumpang lain. Beberapa strategi yang diterapkannya:

  • Berdiri di depan orang duduk: Strategi ini menciptakan ruang di bagian depan tubuh, mencegah sentuhan yang tidak diinginkan.
  • Berdiri dekat pintu dan senderan bangku: Posisi ini memberikan perlindungan tambahan dari potensi pelecehan.

Pengalaman Pengguna Lain: Cecil

Senada dengan Aulia, Cecil (22), pengguna KRL lainnya, juga berpendapat bahwa tas ransel lebih efektif melindungi diri jika digendong di belakang. Ia menuturkan:

"Dari beberapa pengalaman yang saya alami sendiri dan saya ketahui dari orang lain, justru bagian tubuh belakang paling banyak ‘diganggu’ oleh laki-laki."

Cecil menjelaskan bahwa banyak pelaku pelecehan menggunakan modus tertentu untuk mendekatkan diri dengan bagian belakang tubuh perempuan, terutama saat jam sibuk. Oleh karena itu, ia menyarankan agar tas digunakan sebagai "tameng" untuk menciptakan jarak dan melindungi diri dari sentuhan yang tidak diinginkan.

"Tas yang digendong di belakang cukup efektif mengatasi kemungkinan pelecehan seksual karena melindungi diri dari sentuhan atau berdesak-desakan dengan laki-laki dari belakang," tegas Cecil.

Pentingnya Kesadaran dan Kewaspadaan:

Pengalaman Aulia dan Cecil menjadi pengingat bahwa pelecehan seksual di transportasi publik adalah masalah nyata yang perlu diatasi. Selain strategi perlindungan diri yang telah disebutkan, kesadaran dan kewaspadaan juga memegang peranan penting. Jika merasa tidak aman atau menjadi korban pelecehan, jangan ragu untuk mencari bantuan atau melaporkan kejadian tersebut kepada petugas KRL atau pihak berwajib. Dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan preventif, diharapkan KRL dapat menjadi ruang publik yang aman dan nyaman bagi semua penggunanya.

Dengan maraknya pelecehan seksual yang terjadi di transportasi umum, khususnya KRL, maka dengan tips ini diharapkan para wanita dapat lebih aman dan terlindungi dari tindakan kriminal tersebut. Tindakan pelecehan ini tidak dapat ditoleransi dan harus ditindak dengan tegas agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan.