Kisah 'Anker': Perjuangan Dinda Melawan Kantuk di Kereta Terakhir Demi Bertemu Kasur

Kelelahan Merajalela, Perjalanan Pulang Berubah Jadi Mimpi di Gerbong Kereta

Bagi para pekerja komuter atau yang akrab disapa 'anker' (anak kereta), kereta rel listrik (KRL) bukan hanya sekadar transportasi, melainkan juga ruang istirahat sejenak di tengah padatnya aktivitas. Namun, seringkali kelelahan menyerang, membuat perjalanan pulang berubah menjadi perjuangan melawan kantuk. Dinda, seorang pekerja asal Bojong Gede, berbagi pengalamannya tentang bagaimana ia harus bergulat dengan rasa kantuk demi mencapai stasiun tujuan.

Setiap malam, Dinda harus menempuh perjalanan panjang dari tempat kerjanya di Jakarta menuju Bojong Gede. Ia sering memanfaatkan KRL terakhir dari Stasiun Manggarai yang berangkat pukul 23.30 WIB. "Saat itu, kereta masih padat, ramai banget, saya sampai enggak kebagian tempat duduk," ujarnya, mengenang salah satu malam yang melelahkan.

Perjuangan Melawan Kantuk

Berusaha tetap terjaga, Dinda mencoba mengalihkan perhatian dengan bermain ponsel. Namun, begitu mendapatkan tempat duduk setelah melewati Stasiun Depok Baru, rasa kantuk semakin tak tertahankan. "Walaupun memang sudah mengantuk, tapi yakin enggak bakal ketiduran karena sambil main ponsel dan jarak dari Depok Baru ke Bojong Gede itu dekat," jelasnya.

Sambil menunggu kereta tiba di Stasiun Bojong Gede, Dinda masih sempat berkomunikasi dengan seorang teman melalui ponsel. Sayangnya, usahanya sia-sia. Kantuk mengalahkan segalanya, dan Dinda terlelap. Ia baru tersadar ketika kereta hampir tiba di Stasiun Bogor.

"Saya sudah mau sampai Bogor. Jadi, saya ketiduran selama dari Stasiun Depok Baru ke Bogor, sekitar 10-15 menit," ucapnya, menceritakan keterkejutannya.

Pertolongan dari Sang Penjaga Kereta

Situasi semakin rumit ketika Dinda menyadari bahwa kereta terakhir dari Stasiun Bogor adalah kereta yang sama yang membawanya dari Jakarta. Kebingungannya menarik perhatian seorang petugas keamanan (sekuriti) yang sigap menawarkan bantuan. Dengan ramah, sekuriti tersebut menemani Dinda selama perjalanan kembali, memastikan ia tidak lagi kebablasan.

"Saya duduk di kursi prioritas, sekuriti duduk di ujung kursi reguler," ungkap Dinda. Mereka berdua menjadi satu-satunya penumpang di gerbong tersebut, menciptakan suasana yang tenang dan aman.

Saat kereta tiba di Stasiun Cilebut, Dinda langsung berdiri, berusaha untuk tidak lagi terlelap hingga akhirnya sampai di Stasiun Bojong Gede. Setelah mengucapkan terima kasih kepada sekuriti yang telah menemaninya, Dinda melanjutkan perjalanan ke rumah dan tiba sekitar pukul 01.30 WIB.

Faktor-faktor Penyebab Kantuk

Dinda mengakui bahwa kelelahan setelah bekerja seharian dan suhu dingin di dalam kereta menjadi faktor utama yang membuatnya mudah terlelap. "Kondisi tubuh lagi capek, terus saat itu sudah dapat duduk saya merasa ada magnet sendiri yang semakin membawa sama rasa kantuk," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa kereta terakhir dari Stasiun Manggarai biasanya terasa lebih dingin dibandingkan kereta sebelumnya, yang semakin memperburuk rasa kantuknya.

Kisah Dinda adalah cerminan dari perjuangan banyak 'anker' yang setiap hari harus menghadapi tantangan kelelahan dan kantuk di KRL. Pengalaman ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kondisi fisik dan mental, serta mencari cara untuk mengatasi kelelahan agar perjalanan pulang tetap aman dan nyaman.