Krisis Benih Berkualitas Ancam Upaya Reboisasi Global, FAO Peringatkan

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini mengeluarkan peringatan serius mengenai ketersediaan benih pohon berkualitas tinggi di seluruh dunia. Laporan terbaru mereka menyoroti adanya kesenjangan yang mengkhawatirkan antara kebutuhan benih untuk program reboisasi dan kapasitas negara-negara dalam memenuhinya. Krisis benih ini berpotensi menghambat upaya global dalam memulihkan hutan, melindungi keanekaragaman hayati, dan memerangi perubahan iklim.

Menurut laporan FAO, meskipun sebagian besar negara (70%) telah memiliki program benih pohon, kapasitas produksi dan distribusi benih tersebut masih jauh dari memadai untuk memenuhi target reboisasi yang ambisius. Program benih pohon, yang meliputi kegiatan pengumpulan, produksi, penyimpanan, dan pendistribusian benih, merupakan fondasi penting bagi keberhasilan upaya restorasi dan konservasi hutan. Saat ini, lebih dari 3,1 miliar bibit pohon ditanam setiap tahunnya di seluruh dunia. Namun, jumlah ini dinilai belum cukup untuk mengimbangi laju deforestasi dan degradasi lahan yang terus berlangsung.

Tantangan Utama dalam Ketersediaan Benih Berkualitas:

  • Ketergantungan pada Sumber yang Tidak Andal: Banyak negara masih mengandalkan pengumpulan benih liar atau impor, yang rentan terhadap fluktuasi dan ketidakpastian. Sistem pengujian dan perdagangan benih internasional yang memadai juga masih belum tersedia secara luas, sehingga mempersulit perolehan benih berkualitas baik.
  • Kualitas Benih yang Rendah: Masalah utama lainnya adalah kualitas benih yang seringkali tidak memenuhi standar. Banyak benih tidak memiliki ketahanan yang cukup untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, serta kondisi lingkungan yang ekstrem. Benih yang lemah akan menghasilkan bibit yang kurang sehat dan rentan mati, sehingga menggagalkan upaya reboisasi.
  • Kurangnya Investasi dan Sumber Daya: Keterbatasan pendanaan dan kurangnya tenaga ahli menjadi kendala signifikan bagi banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Program benih pohon yang efektif membutuhkan investasi yang berkelanjutan dalam penelitian, pengembangan, infrastruktur, dan pelatihan.

Dampak Perubahan Iklim:

Perubahan iklim semakin memperburuk krisis benih. Kenaikan suhu dan perubahan pola curah hujan dapat mengganggu pertumbuhan pohon dan mengurangi produksi benih. Pohon yang mengalami stres akibat perubahan iklim juga lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, yang dapat menurunkan kualitas benih.

  • Perubahan pola pembungaan juga menyulitkan pengumpulan benih pada waktu yang tepat.
  • Banyak negara kesulitan untuk mengganti kebun benih yang sudah tua dan tidak produktif.

Lambatnya Kemajuan dalam Pemuliaan Pohon:

Upaya untuk meningkatkan kualitas benih melalui program pemuliaan pohon juga berjalan lambat. Laporan FAO mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil dari jenis pohon yang masuk dalam program pemuliaan. Sebagian besar program pemuliaan masih berada dalam tahap awal pengembangan.

  • Sebagian besar program pemuliaan pohon dijalankan oleh pemerintah, diikuti oleh perusahaan swasta dan kemitraan publik-swasta.
  • Asia memimpin dalam pemuliaan pohon dengan jumlah spesies terbanyak, diikuti oleh Eropa, Amerika Latin dan Karibia, dan Afrika.
  • Penggunaan teknologi genetika canggih dalam pemuliaan pohon masih terbatas.

Rekomendasi FAO:

FAO menyerukan tindakan segera untuk mengatasi krisis benih dan memastikan ketersediaan benih pohon berkualitas tinggi untuk program reboisasi di seluruh dunia. Beberapa rekomendasi utama meliputi:

  • Meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan program benih pohon.
  • Memperbaiki infrastruktur penyimpanan benih.
  • Memberikan pelatihan kepada tenaga ahli di bidang produksi dan pengelolaan benih.
  • Meningkatkan kapasitas kebun benih.
  • Memperbaiki sistem distribusi benih.
  • Memanfaatkan teknologi digital dan penelitian genetika untuk mengidentifikasi dan mengembangkan benih terbaik.
  • Mengintegrasikan pengetahuan tradisional dan kearifan lokal dalam upaya konservasi benih.

Dengan tindakan yang terkoordinasi dan komprehensif, dunia dapat mengatasi krisis benih dan memastikan keberhasilan upaya reboisasi untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.