Harmoni Lintas Iman: Pawai Ogoh-Ogoh Semarakkan Samarinda Jelang Nyepi dan Ramadan

Samarinda Berpesta Toleransi: Pawai Ogoh-Ogoh Sambut Nyepi di Tengah Semangat Ramadan

Samarinda menjadi saksi perayaan keberagaman yang indah pada Jumat (28/3/2025), dengan digelarnya Pawai Ogoh-ogoh oleh umat Hindu di Pura Jagat Hita Karana. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, pawai ini menjelma menjadi simbol toleransi dan keharmonisan antarumat beragama, khususnya menjelang Hari Raya Nyepi dan bulan suci Ramadan.

Arak-arakan megah Ogoh-ogoh, patung-patung raksasa yang merepresentasikan kekuatan jahat dan energi negatif, menjadi pusat perhatian sepanjang rute pawai. Ribuan warga Samarinda tumpah ruah ke jalan, menyaksikan dengan antusias arak-arakan yang melintasi jalan-jalan utama kota, termasuk Jalan Sentosa, Ahmad Yani, Sutoyo, dan Mayor Jenderal Sutoyo. Bukan hanya umat Hindu, masyarakat dari berbagai latar belakang agama turut hadir, menunjukkan apresiasi terhadap kekayaan budaya yang dimiliki Samarinda.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Samarinda, I Ketut Witana, menjelaskan makna mendalam di balik Pawai Ogoh-ogoh. Menurutnya, pawai ini merupakan bagian integral dari upacara Tawur Kesanga, sebuah ritual penyucian diri dan alam semesta sebelum memasuki Tahun Baru Saka. "Ogoh-ogoh yang diarak kemudian akan dimusnahkan melalui pembakaran dalam upacara Tawur Kesanga. Ini adalah simbol pembersihan diri dari segala keburukan dan penyucian alam semesta," ujarnya.

Tahun ini, pawai mengusung tema "Manawasewa, Madawasewa," yang menekankan pentingnya pelayanan kepada sesama manusia dan lingkungan. Tema ini sangat relevan dengan konteks Samarinda yang multikultural, di mana semangat gotong royong dan kepedulian sosial menjadi perekat persatuan.

Lebih lanjut, I Ketut Witana menyoroti momen kebersamaan yang terjalin antara umat Hindu dan Muslim di Samarinda. "Kami sangat bersyukur dapat merayakan Nyepi bersamaan dengan saudara-saudara Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Sebelumnya, kami juga turut berbagi takjil sebagai wujud solidaritas dan toleransi," ungkapnya.

Salah seorang warga Samarinda, Roby (39), mengaku terkesan dengan kemeriahan Pawai Ogoh-ogoh. "Ini pertama kalinya saya melihat pawai seperti ini di Samarinda. Sangat menyenangkan, apalagi bertepatan dengan bulan Ramadhan. Ini adalah contoh nyata bagaimana kita bisa saling menghormati dan menjaga toleransi," tuturnya.

Makna Simbolis dan Nilai-Nilai Luhur

Pawai Ogoh-ogoh bukan sekadar tontonan yang menghibur, tetapi juga mengandung makna simbolis dan nilai-nilai luhur yang relevan dengan kehidupan bermasyarakat. Patung-patung raksasa yang diarak melambangkan sifat-sifat buruk manusia, seperti keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Melalui pembakaran Ogoh-ogoh, umat Hindu berharap dapat menghilangkan sifat-sifat negatif tersebut dari diri mereka dan lingkungan sekitar.

Selain itu, pawai ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan alam semesta. Tema "Manawasewa, Madawasewa" mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam. Di tengah isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, pesan ini menjadi semakin relevan.

Samarinda: Potret Mini Indonesia

Perayaan Nyepi dan Ramadan yang berjalan harmonis di Samarinda menjadi bukti bahwa keberagaman budaya dan agama dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan. Semangat toleransi dan gotong royong yang ditunjukkan oleh masyarakat Samarinda patut menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia. Kota ini seolah menjadi potret mini Indonesia, di mana berbagai suku, agama, dan budaya hidup berdampingan secara damai.

Keberhasilan Samarinda dalam menjaga kerukunan antarumat beragama tidak lepas dari peran aktif tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah. Dialog dan komunikasi yang intensif menjadi kunci untuk mencegah terjadinya konflik dan membangun pemahaman yang lebih baik antarumat beragama. Selain itu, kegiatan-kegiatan sosial dan budaya yang melibatkan seluruh masyarakat juga berperan penting dalam mempererat tali persaudaraan.

Diharapkan, semangat kebersamaan dan toleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat Samarinda dapat terus dijaga dan ditingkatkan. Dengan begitu, Samarinda dapat terus menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.