Harmoni Lintas Agama: Umat Hindu Samarinda Gelar Tawur Agung Kesanga dalam Semangat Toleransi Jelang Nyepi dan Idulfitri
Samarinda: Simfoni Toleransi dalam Perayaan Tawur Agung Kesanga
Ratusan umat Hindu di Samarinda, Kalimantan Timur, memanjatkan doa dan melaksanakan serangkaian ritual sakral dalam upacara Tawur Agung Kesanga, bertempat di Pura Jagat Hita Karana pada hari Jumat, 28 Maret 2025. Upacara ini merupakan bagian integral dari persiapan menyambut Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hari Sabtu, 29 Maret 2025.
Dipimpin oleh seorang Pinandita, upacara Tawur Agung Kesanga menjadi momentum penting bagi umat Hindu untuk menyucikan alam semesta dan diri sendiri. Ritual ini bertujuan untuk menghilangkan energi negatif dan sifat-sifat buruk yang dapat mengganggu keseimbangan serta keharmonisan lingkungan hidup. Dengan kata lain, ini adalah upaya kolektif untuk mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan.
Esensi Spiritual Tawur Agung Kesanga
Menurut I Ketut Witana, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Samarinda, Tawur Agung Kesanga bukan sekadar ritual seremonial. Upacara ini mengandung makna spiritual yang mendalam, yang berakar pada konsep Bhuta Yadnya. Bhuta Yadnya adalah persembahan suci kepada alam semesta, sebagai wujud syukur atas anugerah kehidupan yang berkelanjutan. Melalui persembahan ini, umat Hindu berharap agar alam tetap menjadi sumber kehidupan yang lestari bagi seluruh umat manusia.
Tanpa Ogoh-Ogoh, Esensi Tetap Terjaga
Berbeda dengan beberapa daerah lain di Indonesia, perayaan Tawur Agung Kesanga di Samarinda tidak melibatkan arak-arakan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang biasanya diarak keliling sebelum dibakar sebagai simbol pembersihan diri dari energi negatif. Meskipun demikian, esensi dari upacara Tawur Agung Kesanga tetap terjaga, yaitu penyucian diri dan lingkungan melalui doa dan persembahan.
Momentum Toleransi di Tengah Perbedaan
Perayaan Tawur Agung Kesanga tahun ini terasa istimewa karena bertepatan dengan momen menjelang Hari Raya Idulfitri. Hanya berselang dua hari, umat Muslim akan merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Situasi ini menjadi simbol nyata dari toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Kota Samarinda. Kehadiran Wakil Wali Kota Samarinda, Saefudin Zuhri, dalam upacara tersebut, semakin memperkuat pesan persatuan dan kebersamaan.
"Hari esok kita akan puasa bersama-sama, ini luar biasa," ujar salah seorang peserta upacara, yang menggambarkan betapa eratnya jalinan persaudaraan antarumat beragama di Samarinda.
Apresiasi dari Pemerintah Kota
Saefudin Zuhri, Wakil Wali Kota Samarinda, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya upacara Tawur Agung Kesanga. Ia mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi kepada seluruh umat Hindu dan berharap momentum ini dapat semakin mempererat tali persaudaraan di tengah masyarakat Samarinda yang majemuk.
"Semoga umat Hindu yang merayakan bisa berlangsung lancar, aman di Kota Samarinda dan bukti bahwa acara ini bagian dari masyarakat Kota Samarinda," kata Saefudin Zuhri.
Catur Brata Penyepian: Refleksi Diri dalam Keheningan
Pada Hari Raya Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu empat pantangan utama yang menjadi sarana untuk melakukan refleksi diri dan penyucian jiwa. Catur Brata Penyepian meliputi:
- Amati Karya: Tidak bekerja atau melakukan aktivitas fisik.
- Amati Geni: Tidak menyalakan api atau menggunakan listrik.
- Amati Lelungan: Tidak bepergian atau keluar rumah.
- Amati Lelanguan: Tidak bersenang-senang atau menikmati hiburan.
Melalui pelaksanaan Catur Brata Penyepian, umat Hindu berupaya untuk mencapai ketenangan batin, merenungkan makna kehidupan, dan memperbarui diri secara spiritual. Perayaan Nyepi di Samarinda diharapkan dapat memperkuat harmoni dan toleransi antarumat beragama, serta membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.