Tawur Agung Kesanga di Lumajang: Harmoni Alam dan Ritual Pembersihan Diri Jelang Nyepi
Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Lumajang menjadi pusat pelaksanaan Tawur Agung Kesanga, sebuah ritual sakral yang sarat makna menjelang Hari Raya Nyepi. Upacara ini bukan sekadar tradisi, melainkan juga manifestasi mendalam dari filosofi Hindu dalam menjaga keseimbangan alam semesta dan harmoni antara manusia, Tuhan, dan lingkungan.
Tawur Agung Kesanga, yang dilaksanakan pada Tilem Sasih Kesanga atau sehari sebelum Nyepi, memiliki tujuan mulia, yaitu mewujudkan kesejahteraan alam dan lingkungan. Prosesi dimulai dengan sembahyang bersama oleh umat Hindu, memanjatkan doa dan harapan untuk kedamaian dunia. Kata "Tawur" sendiri bermakna membayar atau mengembalikan, yang diinterpretasikan sebagai upaya mengembalikan esensi alam yang telah dimanfaatkan oleh manusia. Esensi ini dipersembahkan kepada para Bhuta, makhluk-makhluk gaib dalam kepercayaan Hindu, dengan harapan mereka tidak mengganggu kehidupan manusia dan menciptakan kehidupan yang harmonis.
Secara filosofis, Tawur Agung Kesanga menjadi pengingat bagi manusia akan posisinya di alam semesta. Manusia diingatkan untuk senantiasa menjaga keseimbangan hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lingkungan. Keseimbangan ini menjadi kunci untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hidup.
Menurut Wira Dharma, Pengurus Harian Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Tawur Kesanga merupakan bagian integral dari rangkaian perayaan Nyepi. Upacara ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan alam semesta, kedamaian, dan ketentraman bagi seluruh makhluk hidup.
Setelah upacara Tawur Agung Kesanga, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan pelepasan Bhuta Kala, yang disimbolkan melalui ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh, sebagai representasi kejahatan, diarak keliling desa sebelum kemudian dibakar. Prosesi ini melambangkan upaya membersihkan diri dari unsur-unsur negatif dan kejahatan, serta menyucikan lingkungan dari pengaruh buruk. Diharapkan, dengan pelepasan ogoh-ogoh, Kabupaten Lumajang hanya akan dipenuhi dengan kebaikan dan energi positif.
Pengarakan ogoh-ogoh dijadwalkan pada malam hari setelah Tawur Agung Kesanga. Umat Hindu berharap agar para Buta Kala yang selama ini mengganggu kehidupan manusia dapat dijinakkan dan memberikan kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Berikut adalah poin-poin penting dari upacara Tawur Agung Kesanga:
- Tujuan: Mewujudkan kesejahteraan alam dan lingkungan, menjaga keseimbangan alam semesta, menciptakan kedamaian dan ketentraman.
- Waktu Pelaksanaan: Tilem Sasih Kesanga (sehari sebelum Nyepi).
- Prosesi: Sembahyang bersama, persembahan kepada para Bhuta.
- Filosofi: Pengingat akan posisi manusia di alam semesta, pentingnya menjaga keseimbangan hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lingkungan.
- Kegiatan Lanjutan: Pelepasan Bhuta Kala melalui pengarakan dan pembakaran ogoh-ogoh.
Tawur Agung Kesanga bukan sekadar ritual, melainkan juga refleksi mendalam tentang bagaimana manusia seharusnya hidup selaras dengan alam dan menjaga keseimbangan spiritual. Melalui upacara ini, umat Hindu berupaya membersihkan diri dari energi negatif, memohon kedamaian, dan menyambut Hari Raya Nyepi dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih.