Kualitas Air Minum Nasional Mengkhawatirkan, Baru 43% Memenuhi Standar Keamanan

Kualitas Air Minum Nasional: Tantangan Besar di Depan Mata

Jakarta - Persoalan pemenuhan kebutuhan air minum yang aman bagi seluruh masyarakat Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar. Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU), Diana Kusumastuti, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, baru 43% dari total air minum yang tersedia di Indonesia yang memenuhi standar keamanan untuk dikonsumsi. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas masyarakat belum memiliki akses terhadap air minum yang benar-benar aman dan sehat.

"Pencapaian air minum yang aman masih berada di angka 43 persen, sementara akses amannya 40,2 persen. Ini menjadi sinyal bagi kita semua untuk lebih giat lagi dalam menghadirkan air minum berkualitas," kata Diana dalam sebuah acara yang digelar di Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2025).

Keterbatasan akses terhadap air minum yang aman ini tentu menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama bagi kesehatan masyarakat. Air yang tidak memenuhi standar keamanan berpotensi mengandung berbagai macam kontaminan, seperti bakteri, virus, logam berat, dan bahan kimia berbahaya lainnya. Konsumsi air yang terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari diare dan penyakit kulit hingga gangguan kesehatan yang lebih serius seperti kerusakan organ tubuh dan kanker.

Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Air

Menyadari urgensi permasalahan ini, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas air minum di seluruh pelosok negeri. Beberapa langkah strategis yang telah dan akan terus dilakukan antara lain:

  • Peningkatan Konservasi Sumber Air: Pemerintah berupaya untuk menjaga dan melestarikan sumber-sumber air yang ada, seperti sungai, danau, dan air tanah. Upaya konservasi ini meliputi kegiatan penghijauan, pengendalian erosi, dan pengelolaan tata ruang yang berkelanjutan.
  • Revitalisasi Tampungan Air: Pemerintah melakukan revitalisasi terhadap tampungan-tampungan air yang sudah ada, seperti waduk, bendungan, dan embung. Revitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tampungan air dan memastikan kualitas air yang tersimpan tetap terjaga.
  • Peningkatan Sistem Sanitasi: Pemerintah berupaya untuk meningkatkan sistem sanitasi di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah-daerah yang memiliki tingkat sanitasi yang rendah. Peningkatan sistem sanitasi ini meliputi pembangunan jamban sehat, pengelolaan limbah domestik yang baik, dan penyediaan air bersih yang memadai.
  • Pengawasan Baku Mutu Air: Pemerintah secara rutin melakukan pengawasan terhadap baku mutu air di berbagai sumber air dan instalasi pengolahan air. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa air yang didistribusikan kepada masyarakat memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan.

Pencemaran Sungai: Ancaman Serius bagi Ketersediaan Air Bersih

Namun, upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas air minum menghadapi tantangan yang tidak kecil. Salah satu tantangan terbesar adalah masalah pencemaran sungai. Deputi Tata Lingkungan KLH, Sigit Reliantoro, mengungkapkan bahwa sebagian besar sungai di Indonesia telah tercemar. Dari hasil pemantauan terhadap 2.195 sungai dengan 8.627 titik sampel, hanya 2,19% yang memenuhi baku mutu, sedangkan 96% sisanya tercemar ringan hingga berat. Pencemaran sungai ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti limbah industri, limbah domestik, dan aktivitas pertanian yang tidak ramah lingkungan.

Pencemaran sungai ini tentu berdampak buruk bagi ketersediaan air bersih. Air sungai yang tercemar memerlukan proses pengolahan yang lebih kompleks dan mahal untuk dapat dijadikan air minum. Selain itu, pencemaran sungai juga dapat merusak ekosistem sungai dan mengancam kehidupan biota air.

Perlunya Teknologi Pengolahan Air yang Tepat Guna

Menghadapi tantangan pencemaran sungai, pemerintah perlu mengadopsi teknologi pengolahan air yang tepat guna dan efisien. Teknologi pengolahan air yang tepat dapat membantu menghilangkan berbagai macam kontaminan dari air sungai sehingga air tersebut aman untuk dikonsumsi. Namun, penerapan teknologi pengolahan air ini juga perlu memperhatikan aspek biaya dan keberlanjutan.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan lingkungan. Masyarakat perlu diedukasi tentang cara membuang sampah yang benar, mengelola limbah domestik dengan baik, dan mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Dengan partisipasi aktif dari masyarakat, diharapkan masalah pencemaran sungai dapat diatasi dan ketersediaan air bersih dapat terjamin.

Kesenjangan Akses Air Bersih antara Perkotaan dan Pedesaan

Tantangan lain yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan air minum adalah kesenjangan akses air bersih antara perkotaan dan pedesaan. Masyarakat di perkotaan umumnya memiliki akses yang lebih baik terhadap air bersih dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur air bersih yang lebih memadai di perkotaan.

Untuk mengatasi kesenjangan ini, pemerintah perlu meningkatkan investasi di bidang infrastruktur air bersih di pedesaan. Pemerintah juga perlu memberikan bantuan teknis dan pendampingan kepada masyarakat pedesaan dalam pengelolaan sumber air dan sistem penyediaan air bersih.

Dengan kerja keras dan kerjasama dari semua pihak, diharapkan target pemenuhan kebutuhan air minum yang aman bagi seluruh masyarakat Indonesia dapat tercapai. Ketersediaan air minum yang aman dan sehat merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.