Pemudik Asal Semarang Tempuh Enam Moda Transportasi Demi Hemat Ongkos Mudik

Menjelang puncak arus mudik Lebaran 2025, diperkirakan sekitar 20 juta pemudik akan membanjiri Jawa Tengah. Di tengah upaya pemerintah dan perusahaan swasta menyediakan fasilitas mudik gratis bagi perantau di Jakarta dan sekitarnya, masih banyak warga Jawa Tengah yang harus memutar otak untuk menekan biaya perjalanan pulang kampung. Athoul Ghufron (29), seorang karyawan swasta yang bekerja di Surabaya, menjadi salah satu contohnya. Ia rela berpindah-pindah moda transportasi hingga enam kali demi mencapai kampung halamannya di Kabupaten Semarang.

Athoul telah memesan tiket kereta api jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, sebuah langkah antisipasi untuk memastikan dirinya mendapatkan tempat di Kereta Api Ambarawa dengan tujuan Stasiun Semarang Tawang. Perjuangannya dimulai dari tempat kosnya di Surabaya, di mana ia memanfaatkan feeder Surabaya, sebuah layanan transportasi mirip JakLingko di Jakarta, untuk mencapai Stasiun Pasar Turi. "Integrasinya bagus, sama Surabaya Bus dan Trans Semanggi. Bayar sekali, terusan ke 3 moda selama 2 jam," ungkapnya melalui pesan singkat. Integrasi transportasi publik di Surabaya ini dirasakannya sangat membantu dalam menghemat ongkos perjalanan.

Setibanya di Stasiun Tawang Semarang, sekitar pukul 17.00 WIB, Athoul segera melanjutkan perjalanan dengan menaiki Trans Jateng menuju Terminal Bawen, Kabupaten Semarang. Tarif Trans Jateng yang hanya Rp4.000 per penumpang untuk semua rute menjadi daya tarik utama. Meskipun armada tidak terlalu penuh, ia mengaku sedikit terkejut dengan gaya mengemudi sopir Trans Jateng yang terbilang cepat. "Biasa naik Surabaya Bus atau Transemanggi aku cukup culture shock ya. Ini tadi ada halte yang karena telat ngerem jadi kelewatan," ujarnya.

Namun, perjalanan Athoul belum usai setibanya di Terminal Bawen. Ia masih harus menaiki minibus swasta dengan tarif sekitar Rp10.000 untuk mencapai Sruwen, sebuah daerah di Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan Boyolali. Perjalanan terakhir ini memakan waktu sekitar 45 menit. Athoul berharap agar jangkauan layanan Trans Jateng diperluas hingga Kota Salatiga. "Andai Trans Jateng masuk Salatiga kan bisa hemat uang dan energi. Paling enggak sampai Terminal Tingkir Salatiga, jadi warga Salatiga bisa akses, dan warga Kabupaten Semarang arah Boyolali yang harus lewat Salatiga kaya saya lebih mudah pulang," pungkasnya. Kisah Athoul ini mencerminkan perjuangan banyak pemudik yang harus pandai-pandai mengatur strategi perjalanan agar tetap bisa merayakan Lebaran bersama keluarga tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Rincian Perjalanan Mudik Athoul:

  • Moda 1: Feeder Surabaya (dari kos ke Stasiun Pasar Turi)
  • Moda 2: Kereta Api Ambarawa (Stasiun Pasar Turi ke Stasiun Semarang Tawang)
  • Moda 3: Trans Jateng (Stasiun Semarang Tawang ke Terminal Bawen)
  • Moda 4: Minibus Swasta (Terminal Bawen ke Sruwen, Kab. Semarang)

Dengan enam kali berganti transportasi, Athoul membuktikan bahwa dengan perencanaan yang matang dan pemanfaatan transportasi publik yang terintegrasi, mudik hemat biaya tetap bisa dilakukan.