Semangat Idul Fitri: Kisah Inspiratif Si Botak, Badut Balon di Pekanbaru, Demi Senyum Keluarga
Semangat Idul Fitri: Kisah Inspiratif Si Botak, Badut Balon di Pekanbaru, Demi Senyum Keluarga
Pekanbaru, Riau - Di tengah hiruk pikuk persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, sebuah kisah mengharukan datang dari Kota Bertuah, Pekanbaru. Di antara ramainya warga yang memadati pusat perbelanjaan mencari busana terbaik untuk Lebaran, sosok pria berkostum badut mencuri perhatian. Dialah Si Botak, seorang ayah yang berjuang keras mencari rezeki dengan menjajakan balon warna-warni.
Jumat malam (28/3/2025), di kawasan Jalan HR Soebrantas, Kecamatan Tuah Madani, Si Botak terlihat dengan semangat menawarkan balon kepada anak-anak yang sedang menemani orang tua mereka berbelanja. Di balik kostum badutnya, tersembunyi seorang pria berusia 61 tahun yang memiliki tekad kuat untuk membahagiakan keluarganya.
"Alhamdulillah, dua anak sudah terbeli baju Lebaran. Ini sedang mencari rezeki untuk dua anak lagi dan istri," ungkap Si Botak dengan nada penuh harap. Senyum tipis tersungging di bibirnya, memancarkan semangat pantang menyerah.
Perjuangan Seorang Ayah
Si Botak, tinggal di sebuah rumah sederhana milik orang tuanya di Jalan Budidaya, Kecamatan Tuah Madani, Si Botak memiliki seorang istri dan empat orang anak. Ia memulai aktivitasnya sejak siang hari dan baru berhenti pada pukul 23.00 WIB. Setiap lembar rupiah yang didapatkannya, dipersembahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Prioritas utama Si Botak adalah memastikan anak-anaknya dapat merasakan kebahagiaan di Hari Raya. Baginya, kebahagiaan mereka jauh lebih penting daripada memikirkan diri sendiri dan sang istri.
"Yang penting anak-anak senang di hari Lebaran. Kalau saya dan istri tidak berbaju baru tidak masalah, yang penting anak-anak bahagia," tuturnya dengan tulus. Ia menambahkan bahwa zakat fitrah telah ditunaikan, sebagai kewajiban seorang Muslim.
Dari Mainan ke Balon
Sudah dua tahun terakhir Si Botak menekuni profesi sebagai badut penjual balon. Sebelumnya, ia menjual mainan anak-anak. Perubahan ini terjadi setelah ia menderita penyakit usus pecah pada tahun 2018 dan harus menjalani operasi. Beruntung, ia memiliki kartu BPJS yang sangat membantu meringankan biaya pengobatan.
Setiap hari, Si Botak berjalan kaki sekitar 2 kilometer dari rumahnya menuju toko busana tempat ia biasa mangkal. Ia memilih lokasi ini karena dekat dengan rumah dan ramai pengunjung. Penghasilannya per hari bervariasi, namun minimal ia bisa mendapatkan Rp 100.000. Terkadang, ada pembeli yang berbaik hati memberikan lebih.
"Saya jalan kaki saja ke toko ini. Lumayan dekat, sekitar 2 kilometer dari rumah. Seringnya saya mangkal di sini," imbuhnya.
Mensyukuri Nikmat Tuhan
Meski hanya seorang badut penjual balon, Si Botak tetap bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Baginya, yang terpenting adalah dapat memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
"Saya tidak malu menjadi badut, yang penting halal. Cuma minder saja kadang-kadang. Tapi, namanya hidup harus dijalani dan disyukuri," ujarnya dengan bijak.
Si Botak adalah sosok ayah yang hebat dan bertanggung jawab. Tiga anaknya masih bersekolah, mulai dari SMA, SMP, hingga SD. Sementara anak bungsunya masih balita dan belum memasuki usia sekolah. Keluarga Si Botak juga mendapatkan bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH), yang sangat membantu meringankan beban hidup mereka.
"Alhamdulillah, rezeki selalu ada. Kami juga dapat bantuan PKH," pungkasnya dengan nada syukur.
Kisah Si Botak adalah cermin dari perjuangan seorang ayah yang tak kenal lelah demi kebahagiaan keluarganya. Di tengah keterbatasan ekonomi, ia tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Semangat dan dedikasinya patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi kita semua.
-
Pesan Moral: Jangan pernah menyerah dalam keadaan apapun dan selalu utamakan keluarga.
-
Refleksi: Kisah Si Botak mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan dan menghargai peran orang tua dalam kehidupan kita.