Krisis Transportasi Laut Ancam Isolasi Pulau Enggano: Pendangkalan Pelabuhan Baai Hentikan Pasokan Vital

Pulau Enggano di Ambang Isolasi Akibat Pendangkalan Pelabuhan Baai

Pulau Enggano, sebuah wilayah terluar Indonesia yang terletak di Samudera Hindia, kini menghadapi ancaman serius isolasi akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai. Kondisi ini telah menyebabkan terhentinya operasional Kapal Feri Pulo Telo, satu-satunya jalur utama yang menghubungkan pulau tersebut dengan daratan Bengkulu. Dampaknya sangat dirasakan, terutama dalam hal pasokan kebutuhan pokok, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan mobilitas warga.

Sejak Januari 2025, masalah pendangkalan semakin memburuk hingga puncaknya pada akhir Maret. Kapal Feri Pulo Telo tidak lagi mampu keluar dari kolam dermaga akibat sedimentasi pasir yang masuk ke pelabuhan. Hal ini mengakibatkan ratusan warga yang ingin melakukan perjalanan, terutama menjelang musim mudik, terdampar di pelabuhan dan Kota Bengkulu.

"Kapal feri seharusnya berangkat melayani angkutan penumpang sekitar seminggu lalu, namun saat penumpang siap berangkat, kapal tidak bisa berlayar akibat dangkalnya alur pelabuhan," ujar Amli Kaitora, seorang warga Pulau Enggano, mengungkapkan keprihatinannya.

Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa penanganan serius, Pulau Enggano terancam mengalami krisis pasokan yang parah. Warga setempat hanya memiliki stok BBM dan bahan pokok yang diperkirakan cukup untuk 1,5 bulan ke depan. Lebih dari itu, pulau ini bisa benar-benar terisolasi, yang mengakibatkan dampak ekonomi yang signifikan.

"Kami masih beruntung karena seminggu lalu kapal berhasil mengirimkan suplai BBM milik Pertamina dan sembako. Saat itu kapal masih bisa keluar pelabuhan meski harus menggunakan manuver zigzag menghindari sedimentasi pasir. Kalau sekarang sedimentasi makin parah," sebutnya.

Selain krisis pasokan, hasil bumi dan laut seperti jengkol, pisang, dan ikan yang menjadi sumber pendapatan utama warga juga terancam busuk dan rusak karena tidak dapat diangkut ke luar pulau. Kerugian ekonomi yang diderita masyarakat bisa semakin besar jika masalah ini tidak segera diatasi.

Upaya Penanganan dan Revitalisasi Pelabuhan

Menanggapi situasi darurat ini, Kepala Supervisi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Bengkulu, Radmiadi, membenarkan adanya pendangkalan alur pelabuhan sejak Januari 2025. Ia menjelaskan bahwa kapal ferry Pulo Telo kesulitan keluar pelabuhan karena sedimentasi pasir yang semakin parah. Upaya uji coba pelayaran juga mengalami kegagalan karena risiko kandas yang tinggi.

"Kami merasa kasihan dengan kondisi masyarakat Pulau Enggano karena tidak bisa melayani, apalagi pada kondisi jelang Lebaran seperti saat ini. Untungnya sepekan lalu kami masih berhasil kirim BBM dan sembako," ujar Radmiadi.

Pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai tidak hanya berdampak pada pelayanan ke Pulau Enggano, tetapi juga mengganggu transportasi laut secara umum. Kapal suplai Pertamina kesulitan masuk ke pelabuhan, sehingga suplai BBM ke Bengkulu harus dilakukan melalui jalur darat. Selain itu, pengiriman komoditas ekspor seperti batubara dan CPO sawit juga terhambat.

Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, menyatakan telah menerima keluhan dari berbagai pihak terkait masalah ini. Ia telah memerintahkan Penjabat Sekretaris Daerah untuk menyiapkan surat status darurat terkait Pulau Enggano yang akan diajukan ke pemerintah pusat.

"Gubernur sudah memerintahkan Pj Sekda untuk menyiapkan surat darurat atas Pulau Enggano. Selanjutnya, surat akan ditujukan ke pemerintah pusat agar dapat dilakukan langkah-langkah cepat," sebutnya di live TikTok.

Pemerintah pusat dan provinsi berencana melakukan revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai pada April 2025, dengan fokus utama pada pengerukan alur pelabuhan. Pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk mendukung proyek ini.

"Saya bersama GM Pelindo melihat situasi ini langsung melaporkan ke Presiden Prabowo. Beruntung presiden kita baik hati; beliau merestui anggaran Rp 1 triliun untuk revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai," ujar Helmi Hasan.

Proyek revitalisasi ini diharapkan dapat mengatasi masalah pendangkalan, meningkatkan kapasitas pelabuhan, dan memulihkan konektivitas Pulau Enggano dengan wilayah lain. Pulau Enggano merupakan wilayah terluar Provinsi Bengkulu dengan populasi sekitar 4.112 jiwa berdasarkan data BPS tahun 2022. Konektivitas yang baik sangat penting untuk memastikan kesejahteraan dan perkembangan ekonomi masyarakat setempat.