Komunitas Tarekat Naqsabandiyah dan Syattariyah di Jakarta Merayakan Idul Fitri Lebih Awal
Jakarta, Indonesia - Di tengah gegap gempita persiapan Idul Fitri yang secara nasional diperkirakan jatuh pada hari berikutnya, sebagian anggota komunitas Tarekat Naqsabandiyah dan Syattariyah di Jakarta telah melaksanakan salat Idul Fitri 1446 Hijriah pada hari ini. Keputusan ini didasarkan pada metode perhitungan kalender yang berbeda, yang dianut oleh kedua tarekat tersebut.
Pelaksanaan salat Idul Fitri lebih awal ini merupakan tradisi yang telah lama dipegang oleh para pengikut Tarekat Naqsabandiyah dan Syattariyah. Mereka memiliki sistem penanggalan sendiri yang berbeda dengan penanggalan yang digunakan secara umum oleh pemerintah dan sebagian besar umat Muslim di Indonesia. Perbedaan ini terutama terletak pada cara menentukan awal bulan Syawal, yang menandai berakhirnya bulan Ramadan.
Tarekat Naqsabandiyah, yang dikenal dengan penekanan pada zikir dan amalan spiritual yang mendalam, menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi yang ketat untuk menentukan awal bulan. Sementara itu, Tarekat Syattariyah, yang menekankan pada penghayatan cinta dan kasih sayang dalam beribadah, juga memiliki metode perhitungan tersendiri yang diyakini akurat.
Perbedaan metode perhitungan ini tidak lantas menimbulkan perpecahan di kalangan umat Muslim. Sebaliknya, hal ini justru menjadi pengingat akan keberagaman tradisi dan interpretasi dalam Islam. Toleransi dan saling menghormati perbedaan menjadi kunci utama dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.
Walaupun ada perbedaan dalam penentuan tanggal Idul Fitri, esensi dari perayaan ini tetap sama, yaitu ungkapan syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT selama bulan Ramadan, serta momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan saling memaafkan.
Berikut adalah poin-poin penting terkait berita ini:
- Perbedaan Perhitungan: Jamaah Tarekat Naqsabandiyah dan Syattariyah menggunakan metode perhitungan kalender yang berbeda untuk menentukan awal bulan Syawal.
- Tradisi Tahunan: Pelaksanaan salat Idul Fitri lebih awal merupakan tradisi yang dipegang teguh oleh kedua tarekat.
- Toleransi dan Kerukunan: Perbedaan tidak menghalangi semangat toleransi dan kerukunan antar umat Muslim.
- Esensi Idul Fitri: Esensi perayaan Idul Fitri tetap sama, yaitu ungkapan syukur dan mempererat silaturahmi.
Semoga perayaan Idul Fitri membawa berkah dan kedamaian bagi seluruh umat Muslim di Indonesia.