Ufuk Malang Tertutup Awan, Hilal Syawal 1446 H Gagal Terpantau
Hilal Syawal 1446 H di Malang Tak Terlihat Akibat Awan Tebal
Malang, Jawa Timur – Upaya penentuan awal Syawal 1446 Hijriah atau Idul Fitri 2025 di Kabupaten Malang menemui kendala. Pemantauan hilal yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang bersama Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Malang pada Sabtu, 29 Maret 2025, gagal membuahkan hasil karena tertutup awan.
Pengamatan yang berlokasi di lantai 9 Kantor Bupati Malang, dengan koordinat geografis -8.14 LS dan 112.57 BT, serta ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl), dimulai sejak pukul 16.00 WIB. Namun, tebalnya awan di ufuk barat menghalangi pandangan, sehingga hilal tidak dapat terlihat.
"Untuk penentuan awal bulan Syawal, kami menunggu hasil sidang isbat dari Kementerian Agama Republik Indonesia," ujar Ahmad Zarkoni, Ahli Muda BMKG Stasiun Geofisika Malang, di lokasi pemantauan.
Data Astronomi dan Perhitungan
BMKG Stasiun Geofisika Malang telah melakukan perhitungan astronomi terkait posisi bulan dan matahari. Berdasarkan perhitungan tersebut, konjungsi atau ijtimak, yaitu peristiwa ketika bujur ekliptika bulan sama dengan bujur ekliptika matahari, terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.38 WIB.
Waktu terbenam matahari tercatat pada pukul 17.35.43 WIB, sementara bulan terbenam pada pukul 18.16.21 WIB. Azimuth matahari adalah 273.483 derajat, azimuth bulan 274.256 derajat, dan ketinggian hilal 1.938 derajat.
Sebelumnya, konjungsi juga terjadi pada 28 Februari 2025 pukul 07.44.38 WIB. Pada saat itu, matahari terbenam pada pukul 17.50.02 WIB dan bulan terbenam pada pukul 18.08.51 WIB. Umur bulan saat itu adalah -1 jam 38 menit 05 detik, dengan selisih waktu terbenam bulan dan matahari (lag) sebesar 1480.60 menit.
Implikasi Hasil Pemantauan
Dengan tidak terlihatnya hilal di Malang akibat faktor cuaca, penentuan awal Syawal 1446 H sepenuhnya bergantung pada hasil sidang isbat yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI. Sidang isbat akan mempertimbangkan hasil pemantauan hilal dari berbagai lokasi di seluruh Indonesia serta perhitungan astronomi untuk menentukan apakah bulan Ramadan akan digenapkan menjadi 30 hari atau tidak.
"Karena datangnya bulannya minus, jadi tidak bisa terlihat. Istilahnya, (Ramadan) digenapkan jadi 30 hari," pungkas Ahmad Zarkoni. Pernyataan ini mengindikasikan kemungkinan besar bulan Ramadan akan digenapkan, meskipun keputusan final tetap berada di tangan Kementerian Agama.
Harapan dan Kepastian
Masyarakat muslim di Indonesia diharapkan tetap tenang dan menunggu pengumuman resmi dari pemerintah terkait penetapan 1 Syawal 1446 H. Keputusan yang diambil melalui sidang isbat diharapkan dapat memberikan kepastian dan kesatuan dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Berikut poin-poin penting dari berita ini:
- Pemantauan hilal di Malang gagal karena awan tebal.
- Penentuan 1 Syawal menunggu sidang isbat Kemenag RI.
- Data astronomi menunjukkan konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025.
- Kemungkinan Ramadan digenapkan 30 hari.
- Masyarakat diimbau menunggu pengumuman resmi pemerintah.