Fenomena 'Anker' KRL: Antara Kenyamanan Tidur dan Risiko Kebablasan Stasiun
Fenomena 'Anker' KRL: Antara Kenyamanan Tidur dan Risiko Kebablasan Stasiun
Kenyamanan tidur di dalam Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas para pekerja komuter, yang akrab disapa 'anker' (anak kereta). Bagi sebagian 'anker', KRL bukan hanya sekadar transportasi, tetapi juga tempat untuk 'mengisi ulang' energi di tengah padatnya aktivitas harian.
Rani, seorang 'anker' asal Bogor, berbagi pengalamannya tentang betapa nyamannya tidur di KRL. "Kalau capek banget, tidur di KRL bisa nyenyak dan nyaman banget, apalagi kalau dapat tempat duduk di pojokan atau sandaran. Suara dan getaran kereta yang monoton itu bikin tidur makin lelap," ujarnya.
Kenyamanan yang Membawa Risiko
Namun, kenyamanan ini juga membawa risiko tersendiri. Kelelahan yang teramat sangat terkadang membuat 'anker' kebablasan, melewatkan stasiun tujuan mereka. Rani pernah mengalami kejadian serupa saat hendak menuju Stasiun Gondangdia. Ia justru terbangun ketika kereta sudah tiba di Stasiun Juanda.
"Saya sadar kebablasan karena kereta sudah berhenti lama, lalu ada pengumuman bahwa sekarang di Stasiun Juanda," kata Rani. Ia pun segera turun dan menaiki kereta arah sebaliknya untuk kembali ke Stasiun Gondangdia.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Dinda, 'anker' lainnya asal Bojong Gede. Suatu malam, setelah pulang kerja larut malam, Dinda menaiki kereta terakhir dari Stasiun Manggarai. Kereta saat itu sangat padat, bahkan ia tidak kebagian tempat duduk.
Perjalanan Panjang dalam Kantuk
Saat kereta masih berada di Stasiun Manggarai, Dinda sudah mulai merasakan kantuk. Namun, ia berusaha menahannya dengan bermain ponsel. Ketika kereta tiba di Stasiun Pondok Cina, jumlah penumpang mulai berkurang, dan di Stasiun Depok Baru, semakin banyak penumpang yang turun.
"Saat dari Stasiun Depok Baru, saya kebetulan dapat tempat duduk. Walaupun sudah mengantuk, saya yakin tidak akan ketiduran karena sambil main ponsel dan jarak dari Depok Baru ke Bojong Gede itu dekat," ungkap Dinda.
Sambil menunggu kereta tiba di Stasiun Bojong Gede, Dinda terus berkomunikasi dengan temannya melalui ponsel. Namun, tiba-tiba ia terlelap. "Lagi chat sama teman emang sudah ngantuk, tapi yakin pasti enggak ketiduran. Namun, tiba-tiba enggak tau kenapa langsung tidur, merem aja, ketiduran," katanya.
Ketika tersadar, Dinda terkejut dan langsung memeriksa aplikasi peta di ponselnya. "Dan ternyata, saya sudah mau sampai Bogor. Jadi, saya ketiduran selama dari Stasiun Depok Baru ke Bogor, sekitar 10-15 menit," ungkapnya.
Fenomena yang Umum
Kisah Rani dan Dinda hanyalah sebagian kecil dari pengalaman para 'anker' KRL. Fenomena tidur di KRL hingga kebablasan stasiun tujuan adalah hal yang umum terjadi, terutama bagi mereka yang bekerja dengan jam kerja yang panjang dan melelahkan.
Bagi para 'anker', KRL adalah solusi transportasi yang praktis dan terjangkau. Namun, di balik kenyamanan tersebut, terdapat risiko yang perlu diwaspadai. Penting bagi para 'anker' untuk tetap waspada dan mengatur waktu istirahat yang cukup agar terhindar dari risiko kebablasan stasiun tujuan.
Tips untuk menghindari kebablasan stasiun:
- Pasang alarm di ponsel.
- Minta bantuan sesama penumpang untuk membangunkan.
- Pastikan tidur dalam posisi yang aman dan tidak mengganggu penumpang lain.
- Usahakan untuk tidak terlalu lelah saat menggunakan KRL.
Dengan kewaspadaan dan persiapan yang matang, para 'anker' dapat menikmati perjalanan yang nyaman dan aman di KRL tanpa perlu khawatir kebablasan stasiun tujuan.