Kabar Ekonomi Terkini: Harga BBM Pertamax Turun, Emas Antam Cetak Rekor Tertinggi, dan Sorotan Kinerja Pajak Indonesia

Update Ekonomi: Harga Pertamax Terkoreksi, Emas Antam Sentuh Level Tertinggi, Kinerja Pajak Indonesia Jadi Sorotan

Sejumlah berita ekonomi terkini memberikan gambaran dinamis mengenai kondisi pasar dan kinerja fiskal di Indonesia. Mulai dari penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi, rekor harga emas Antam, hingga sorotan terhadap kinerja pajak Indonesia oleh Bank Dunia, berikut rangkuman selengkapnya:

Pertamax Lebih Murah: Penyesuaian Harga BBM Non-Subsidi

PT Pertamina (Persero) telah mengumumkan penyesuaian harga jual untuk jenis BBM non-subsidi, yang berlaku mulai Sabtu, 29 Maret 2025. Keputusan ini didasarkan pada Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang merevisi Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang formula harga dasar perhitungan harga jual eceran BBM umum.

Berikut adalah rincian penurunan harga di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya:

  • Pertamax: Turun Rp 400 per liter, dari Rp 12.900 menjadi Rp 12.500 per liter.
  • Pertamax Turbo: Turun Rp 500 per liter, dari Rp 14.000 menjadi Rp 13.500 per liter.

Penyesuaian harga ini berlaku di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Pertamina di seluruh Indonesia, dengan penurunan berkisar antara Rp 400 hingga Rp 750 per liter, tergantung jenis BBM.

Emas Antam Sentuh Rekor Baru: Investasi Menggiurkan?

Harga emas Antam mencatatkan rekor tertinggi baru, menembus angka Rp 1,8 juta per gram. Data dari laman Logam Mulia menunjukkan harga emas Antam mencapai Rp 1.806.000 per gram, melampaui rekor sebelumnya yang dicapai pada Jumat, 28 Maret 2025, yaitu Rp 1.792.000 per gram.

Selain itu, harga buyback emas Antam juga mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp 14.000 per gram, menjadi Rp 1.657.000 per gram dari sebelumnya Rp 1.643.000 per gram. Kenaikan harga emas ini dapat menjadi pertimbangan bagi para investor yang mencari aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Kinerja Pajak Indonesia di Bawah Standar ASEAN: Apa yang Harus Diperbaiki?

Bank Dunia menyoroti kinerja penerimaan pajak Indonesia dalam laporan berjudul "Estimating Value Added Tax (VAT) and Corporate Income Tax (CIT) Gaps in Indonesia". Laporan tersebut mencatat rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya 9,1 persen pada tahun 2021.

Rasio ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dengan pendapatan menengah lainnya, seperti:

  • Kamboja: 18 persen
  • Malaysia: 11,9 persen
  • Filipina: 15,2 persen
  • Thailand: 15,7 persen
  • Vietnam: 14,7 persen

Tren penerimaan pajak Indonesia juga menunjukkan penurunan dalam satu dekade terakhir, dengan penurunan sebesar 2,1 poin persentase dibandingkan 10 tahun lalu. Bank Dunia menilai Indonesia memiliki kinerja yang sangat buruk dalam pengumpulan pendapatan pajak dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) diharapkan segera menyusun strategi baru untuk mengatasi permasalahan ini.

Rangkap Jabatan Dirjen Pajak: Potensi Konflik Kepentingan?

Direktur Jenderal Pajak (DJP) Suryo Utomo menjadi sorotan karena merangkap jabatan di dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selain menjabat sebagai Komisaris PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI, Suryo Utomo juga ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu (26/3/2025).

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan menyatakan bahwa Suryo Utomo akan tetap menjalankan tugasnya dengan baik di masing-masing BUMN tersebut. Namun, rangkap jabatan ini menimbulkan pertanyaan mengenai potensi konflik kepentingan dan efektivitas pengawasan.

Arus Mudik Lebaran: Garuda Indonesia Angkut Puluhan Ribu Penumpang

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat peningkatan signifikan jumlah penumpang pada puncak arus mudik Lebaran. Melalui dua maskapai penerbangannya, Garuda Indonesia dan Citilink, total penumpang yang diangkut mencapai 81.030 orang pada Jumat (28/3/2025).

Garuda Indonesia mengangkut 45.257 penumpang, sementara Citilink mengangkut 35.773 penumpang. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 65,89 persen dibandingkan dengan awal periode peak season pada pekan sebelumnya. Garuda Indonesia Group telah menyiapkan berbagai langkah optimalisasi operasional untuk memastikan kelancaran perjalanan bagi para penumpang selama periode mudik Lebaran ini.