Tragedi Bangkok: Gempa Myanmar Sebabkan Gedung Runtuh, Puluhan Pekerja Terjebak
Gempa Guncang Bangkok, Gedung Pencakar Langit Ambruk Renggut Nyawa dan Harapan
Bangkok, Thailand, dikejutkan oleh tragedi mengerikan pada hari Jumat lalu ketika sebuah gedung pencakar langit yang sedang dalam proses konstruksi runtuh akibat guncangan gempa dahsyat yang berpusat di negara tetangga, Myanmar. Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo itu, meskipun berpusat di Myanmar, getarannya terasa kuat hingga ke ibu kota Thailand, menyebabkan kerusakan parah dan merenggut nyawa.
Runtuhnya gedung terjadi hanya dalam hitungan detik, mengubah mimpi menjadi debu dan meninggalkan puluhan keluarga dalam kecemasan mendalam. Masyarakat berbondong-bondong mendatangi lokasi kejadian, mencari kabar tentang orang-orang terkasih yang bekerja di proyek pembangunan tersebut. Di tengah reruntuhan, kisah-kisah pilu dan harapan yang tersisa terungkap.
Khin Aung, seorang pekerja konstruksi yang selamat dari maut, menceritakan detik-detik menegangkan saat gedung itu ambruk. Ia baru saja menyelesaikan shift kerjanya dan keluar untuk mengambil air ketika gempa mengguncang. "Saat giliran kerja saya berakhir sekitar pukul 1 siang, saya keluar untuk mengambil air dan saya melihat adik laki-laki saya sebelum saya keluar," ujarnya dengan nada getir. Getaran gempa yang kuat membuatnya segera menyadari bahaya yang mengintai. Ia berusaha menghubungi saudara dan teman-temannya melalui panggilan video, namun hanya satu orang yang menjawab, dan ia hanya mendengar suara orang tersebut berlari.
"Saat itu seluruh gedung berguncang tetapi saat saya meneleponnya, saya kehilangan panggilan dan gedung itu runtuh," tambahnya, menggambarkan betapa cepatnya malapetaka itu terjadi. Pihak berwenang memperkirakan bahwa hingga 100 pekerja mungkin terjebak di antara puing-puing dan logam bengkok yang menjadi sisa-sisa bangunan megah tersebut. Hingga saat ini, setidaknya lima orang telah dipastikan tewas, namun jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Khin Aung tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat menceritakan kejadian tersebut. "Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya. Kejadiannya terjadi dalam sekejap mata," tuturnya. "Semua teman dan saudara saya berada di dalam gedung ketika runtuh. Saya tidak dapat berkata apa-apa," ujarnya dengan suara bergetar. Bagi Khin Aung dan banyak pekerja migran lainnya dari Myanmar, Bangkok adalah tempat mencari nafkah yang lebih baik dibandingkan dengan negara mereka yang dilanda konflik.
Pencarian Korban Terus Dilakukan, Harapan Menipis di Tengah Reruntuhan
Di tengah kesibukan tim penyelamat yang terus mencari korban di antara reruntuhan, keluarga para pekerja yang hilang berkumpul di lokasi kejadian dengan harapan cemas. Chanpen Kaewnoi, seorang wanita Thailand berusia 39 tahun, menunggu dengan putus asa kabar tentang ibu dan saudara perempuannya yang berada di dalam gedung saat kejadian. "Rekan kerja saya menelepon dan mengatakan dia tidak dapat menemukan ibu atau saudara perempuan saya. Saya pikir ibu mungkin terpeleset dan mungkin saudara perempuan saya tetap tinggal untuk menolongnya," ujarnya dengan nada khawatir.
Chanpen masih menyimpan secercah harapan, meskipun kecil. "Saya ingin melihat mereka, saya harap saya dapat menemukan mereka. Saya harap mereka tidak hilang. Saya masih memiliki harapan, 50 persen," katanya dengan mata berkaca-kaca. Sementara keluarga yang putus asa menunggu kabar, petugas penyelamat terus melakukan tugas berat mencari di antara reruntuhan tanpa memicu keruntuhan lebih lanjut. Pekerjaan ini sangat sulit dan berbahaya, namun mereka terus berjuang dengan harapan menemukan korban selamat.
Tragedi ini menjadi pengingat akan kerentanan kota-kota besar terhadap bencana alam dan pentingnya standar keselamatan konstruksi yang ketat. Runtuhnya gedung pencakar langit di Bangkok ini tidak hanya merenggut nyawa dan menghancurkan keluarga, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi seluruh masyarakat. Harapan kini tertuju pada tim penyelamat yang terus berjuang melawan waktu untuk menemukan korban yang masih tertimbun di bawah reruntuhan.