Kekhawatiran Inflasi Mendorong Aksi Jual, Wall Street Terhuyung

Kekhawatiran Inflasi Mendorong Aksi Jual, Wall Street Terhuyung

New York, AS - Bursa saham Wall Street mengalami gejolak pada penutupan perdagangan hari Jumat (Sabtu pagi WIB) akibat gelombang aksi jual yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi dan ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat penurunan signifikan sebesar 715,80 poin, atau setara dengan 1,69 persen, berakhir pada level 41.583,90. Penurunan ini mencerminkan sentimen negatif yang melanda pasar, dengan investor yang bereaksi terhadap data ekonomi terbaru dan potensi kebijakan perdagangan yang dapat mempengaruhi stabilitas pasar.

Sektor teknologi menjadi salah satu yang paling terpukul, dengan saham perusahaan raksasa seperti Alphabet (induk Google) anjlok 4,9 persen, sementara Meta dan Amazon masing-masing mengalami penurunan sebesar 4,3 persen. Penurunan tajam pada saham-saham teknologi ini memberikan tekanan besar pada indeks S&P 500, yang secara keseluruhan turun 1,53 persen sepanjang minggu ini.

Kinerja buruk ini menempatkan Nasdaq pada jalur penurunan bulanan lebih dari 8 persen, yang menjadi kinerja bulanan terburuk sejak Desember 2022. Kekhawatiran akan inflasi yang persisten menjadi faktor utama yang memicu aksi jual. Data terbaru dari Universitas Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi jangka panjang konsumen mencapai level tertinggi sejak tahun 1993.

Selain itu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE) juga menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan, naik 2,8 persen pada bulan Februari, dengan peningkatan 0,4 persen untuk bulan tersebut. Hal ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap menjadi masalah yang sulit diatasi.

Faktor-faktor Pemicu Aksi Jual:

  • Ekspektasi Inflasi yang Meningkat: Data dari Universitas Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi jangka panjang konsumen mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade.
  • Indeks PCE yang Lebih Tinggi dari Perkiraan: Kenaikan indeks PCE inti mengindikasikan bahwa tekanan inflasi masih kuat.
  • Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan: Investor menantikan keputusan Presiden Trump mengenai rencana tarif baru, yang dapat mempengaruhi perdagangan global dan pertumbuhan ekonomi.
  • Data Belanja Konsumen yang Lebih Rendah dari Perkiraan: Peningkatan belanja konsumen yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan potensi perlambatan ekonomi.

Di sisi lain, data dari Biro Analisis Ekonomi menunjukkan bahwa belanja konsumen meningkat 0,4 persen untuk bulan tersebut, sedikit di bawah perkiraan sebesar 0,5 persen. Hal ini menambah kekhawatiran tentang potensi perlambatan ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Selain itu, investor juga menantikan keputusan penting pada tanggal 2 April, ketika Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan mengumumkan rencana tarif lebih lanjut. Kabarnya, Trump akan mengumumkan tarif sebesar 25 persen pada semua mobil yang tidak diproduksi di Amerika Serikat. Langkah ini dinilai akan merugikan saham-saham otomotif dan meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.

Pasar akan terus memantau perkembangan inflasi, kebijakan perdagangan, dan data ekonomi lainnya untuk mengukur sentimen pasar dan arah pergerakan saham di masa depan.