Kosaran: Ritual Pembersihan Makam Leluhur Sambut Idul Fitri di Sumenep

Kosaran: Ritual Pembersihan Makam Leluhur Sambut Idul Fitri di Sumenep

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, sebuah tradisi unik dan sarat makna kembali menghidupkan suasana di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep. Tradisi yang dikenal dengan nama Kosaran ini merupakan sebuah ritual "mudik" spiritual, di mana warga berbondong-bondong membersihkan dan merawat makam leluhur mereka.

Pada Minggu (30/3/2025), terlihat kesibukan di area pemakaman desa. Khairil Anas, seorang pemuda desa tampak tekun mengecat nisan makam leluhurnya. Peluh membasahi dahi dan lehernya, namun semangatnya tak surut. Di sampingnya, Narendra Errabbani, seorang anak muda generasi penerus keluarga, dengan cekatan membantu membersihkan area sekitar makam. Keduanya merupakan bagian dari keluarga besar Marfuah, seorang tokoh sesepuh desa yang gigih melestarikan tradisi Kosaran.

Makna Mendalam di Balik Kosaran

Menurut penuturan Anas, Kosaran berasal dari bahasa Madura yang berarti membersihkan. Lebih dari sekadar membersihkan fisik makam, tradisi ini mengandung makna yang lebih dalam. Kosaran adalah wujud penghormatan kepada para leluhur, ungkapan rasa syukur atas warisan yang telah diberikan, serta upaya untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga.

"Di desa kami, tradisi Kosaran masih sangat dijaga. Biasanya dilakukan setiap Jumat Legi sore," ujar Anas.

Dalam pelaksanaannya, setiap keluarga membawa peralatan kebersihan sederhana seperti:

  • Sapu lidi
  • Arit (sabit)
  • Serokan sampah

Tak lupa, mereka juga membawa bekal nasi bungkus untuk dinikmati bersama setelah selesai membersihkan dan memanjatkan doa bagi arwah para leluhur.

Intensitas Meningkat di Bulan Ramadhan

Selama bulan Ramadhan, tradisi Kosaran dilakukan lebih intensif. Waktu pelaksanaannya pun semakin mendekati Hari Raya Idul Fitri, dimulai dari tiga hingga satu hari menjelang hari kemenangan tersebut. Selain membersihkan makam dari daun-daun kering dan rumput liar, warga juga tak segan untuk mengecat ulang makam leluhur mereka agar terlihat lebih rapi dan indah.

"Jika ada rezeki lebih, terkadang ada juga warga yang mengganti nisan makam leluhurnya menjelang hari raya," imbuh Anas.

Marfuah, sang sesepuh desa, dengan penuh semangat menjelaskan bahwa tradisi Kosaran merupakan sarana penting untuk menjaga silaturahmi dan mengingat silsilah keluarga. Ia berharap agar tradisi ini dapat terus dilestarikan oleh generasi muda.

"Dengan Kosaran, setidaknya kita tahu siapa nenek moyang kita, dari mana asalnya, dan di mana saja keturunannya sekarang," tutur Marfuah.

"Semoga anak-anak muda bisa terus menjaga tradisi ini. Semuanya akan 'mudik' ke tempat ini," pungkasnya, mengisyaratkan bahwa makam leluhur adalah tempat kembali bagi seluruh keturunan.

Tradisi Kosaran bukan hanya sekadar ritual membersihkan makam. Ia adalah cerminan dari kearifan lokal masyarakat Sumenep dalam menjaga hubungan harmonis antara yang hidup dan yang telah tiada, serta wujud nyata dari rasa cinta dan penghormatan kepada para leluhur.