Dampak Efisiensi Anggaran Pemerintah: Dua Hotel Sahira di Bogor Gulung Tikar

Dampak Efisiensi Anggaran Pemerintah: Dua Hotel Sahira di Bogor Gulung Tikar

Kabar mengejutkan datang dari industri perhotelan di Bogor, Jawa Barat. Dua hotel yang tergabung dalam jaringan Sahira Butik Hotel, yakni Sahira Butik Hotel Paledang dan Sahira Butik Hotel Pakuan, mengumumkan penutupan operasional mereka. Pengumuman ini disampaikan secara resmi melalui akun Instagram masing-masing hotel, memicu spekulasi mengenai penyebab utama di balik keputusan berat tersebut.

Sahira Butik Hotel Paledang, yang telah melayani pelanggan selama dua dekade, menjadi hotel pertama yang mengumumkan penutupan sementara mulai tanggal 29 Maret 2025. Dalam pengumumannya, pihak manajemen mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh para tamu selama ini. Mereka juga mengimbau para calon tamu yang telah melakukan reservasi setelah tanggal tersebut untuk segera menghubungi tim hotel guna penanganan lebih lanjut.

Sehari berselang, giliran Sahira Butik Hotel Pakuan yang mengumumkan hal serupa. Hotel yang telah beroperasi selama delapan tahun ini juga harus mengakhiri layanannya. Meskipun tidak memberikan penjelasan rinci mengenai alasan penutupan, pengumuman ini sontak menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pelaku industri pariwisata.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, memberikan tanggapannya terkait penutupan dua hotel Sahira tersebut. Ia menduga bahwa kesulitan keuangan yang dialami oleh kedua hotel tersebut merupakan imbas dari kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang sedang berjalan.

"Iya betul. Jadi mereka kelihatannya kesulitan ya. Kesulitan di keuangannya, karena pendapatannya drop. Mungkin mereka ini pasar pemerintahnya cukup besar," ujar Hariyadi seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Menurut Hariyadi, meskipun kebijakan penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 baru berjalan sekitar satu bulan, dampaknya sudah sangat terasa bagi industri perhotelan. Ia bahkan menyebutkan bahwa saat ini hampir tidak ada lagi belanja pemerintah, atau kalaupun ada, jumlahnya sangat kecil.

"Memang betul. Jadi ini yang kita khawatirkan. Saya udah dari awal statement. Jadi sekarang ini itu sama sekali tidak ada belanja pemerintah tuh nggak ada, nol. Kalaupun ada, kecil banget lah, sangat-sangat minor gitu ya," tegasnya.

Hariyadi menjelaskan bahwa biasanya, pada kuartal pertama tahun anggaran, masih ada kegiatan yang didanai dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya. Namun, tahun ini situasinya berbeda, tidak ada kegiatan yang didanai dari SiLPA.

Ia juga memperingatkan bahwa efek domino dari kebijakan efisiensi anggaran ini tidak hanya akan dirasakan oleh industri perhotelan, tetapi juga akan merembet ke sektor-sektor lain. Hal ini dikarenakan kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) tidak hanya melibatkan hotel, tetapi juga berbagai industri pendukung lainnya.

"Nah nanti kalau sampai di kuartal kedua juga terjadi kelambatan, di dalam pembelanjaan anggaran pemerintah, itu akan lebih besar lagi impact-nya," kata Hariyadi.

Kontribusi kegiatan MICE pemerintah terhadap bisnis hotel bervariasi di setiap daerah. Di beberapa daerah, hotel sangat bergantung pada kegiatan MICE pemerintah sebagai sumber utama pendapatan. Hariyadi mencontohkan beberapa daerah seperti Sulawesi dan Kalimantan, di mana kontribusi kegiatan MICE pemerintah bisa sangat tinggi.

"Tergantung daerahnya, kalau secara nasional 40%. Tapi kalau masing-masing daerahnya kan beda-beda ya. Seperti misalnya di Sulawesi, atau di Kalimantan, itu bisa tinggi sekali. Masing-masing daerahnya beda-beda. Itu kayak di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, itu bisa 70%. Bogor itu mungkin bisa antara 50-an persen ada mungkin kontribusinya," paparnya.

Hariyadi menduga bahwa Sahira Butik Hotel Paledang memiliki ketergantungan yang signifikan terhadap pasar pemerintah, bahkan mungkin lebih dari 50%. Menurutnya, penutupan hotel ini merupakan gambaran nyata dari dampak serius yang dapat terjadi jika pemerintah terlambat membelanjakan anggaran.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penutupan Hotel:

  • Efisiensi Anggaran Pemerintah: Kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah berdampak signifikan terhadap penurunan pendapatan hotel, terutama yang bergantung pada kegiatan MICE pemerintah.
  • Penurunan Kegiatan MICE: Berkurangnya kegiatan MICE pemerintah menyebabkan penurunan tingkat hunian hotel dan pendapatan secara keseluruhan.
  • Ketergantungan pada Pasar Pemerintah: Hotel yang terlalu bergantung pada pasar pemerintah menjadi rentan terhadap perubahan kebijakan anggaran.
  • Kondisi Keuangan Hotel: Penurunan pendapatan yang berkelanjutan dapat menyebabkan kesulitan keuangan dan akhirnya memaksa hotel untuk menutup operasional.

Penutupan Sahira Butik Hotel Paledang dan Sahira Butik Hotel Pakuan menjadi sinyal peringatan bagi industri perhotelan di Indonesia. Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak efisiensi anggaran dan memastikan keberlangsungan bisnis sektor pariwisata.

Artikel ini sudah lebih dulu tayang dari CNBC Indonesia. Selengkapnya klik di sini.