Perbandingan Gaya Lebaran Perdana Presiden Prabowo dan Pendahulunya: Open House vs. Kunjungan Daerah
Lebaran Perdana Prabowo: Open House di Istana Merdeka
Presiden Prabowo Subianto akan merayakan Idul Fitri pertamanya sebagai presiden dengan menggelar open house di Istana Merdeka, Jakarta. Acara ini dijadwalkan pada 31 Maret 2025, setelah shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal. Keputusan Prabowo untuk mengadakan open house ini menandai perbedaan signifikan dibandingkan dengan tradisi yang diterapkan oleh pendahulunya, Joko Widodo, pada tahun 2015.
"Selesai melaksanakan shalat Idul Fitri, Presiden Prabowo direncanakan menuju Istana Merdeka untuk melaksanakan acara gelar griya," ujar Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana. Acara ini terbuka untuk masyarakat umum, pejabat negara, mantan presiden dan wakil presiden, serta duta besar negara sahabat. Masyarakat tidak perlu mendaftar dan dapat langsung hadir melalui gerbang Kementerian Sekretariat Negara di Jalan Majapahit, Jakarta Pusat.
Inisiatif open house ini dipandang sebagai simbol sosial untuk mempererat tali silaturahmi dan membangun kebersamaan di hari kemenangan. Yusuf Permana menambahkan, "Acara ini juga menjadi simbol sosial untuk menghilangkan sekat dan membangun kekeluargaan serta kebersamaan di hari kemenangan yang fitri."
Lebaran Jokowi di Aceh: Mendekatkan Diri dengan Masyarakat Daerah
Berbeda dengan Prabowo, Presiden Joko Widodo memilih merayakan Lebaran pertamanya pada tahun 2015 di Aceh. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat di berbagai pelosok Indonesia. Jokowi ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah presiden bagi seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
"Indonesia itu terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh sebab itu, saya tidak ingin merayakan Lebaran hanya di Jakarta," kata Jokowi saat itu. Ia menambahkan bahwa setiap tahunnya, perayaan Idul Fitri akan diadakan di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, hingga Maluku.
Keputusan Jokowi untuk merayakan Lebaran di Aceh juga didasari oleh keinginan untuk menghilangkan kesan bahwa presiden hanya milik orang Jakarta. Kala itu, Jokowi tidak mengadakan open house di Aceh. Menurut anggota Tim Komunikasi Presiden Jokowi saat itu, Teten Masduki, langkah ini diambil agar presiden dapat bersilaturahmi dengan masyarakat di berbagai daerah.
Perbandingan Gaya Lebaran: Simbolisme dan Prioritas
Perbedaan gaya perayaan Lebaran antara Prabowo dan Jokowi mencerminkan simbolisme dan prioritas yang berbeda. Prabowo memilih open house sebagai wadah untuk mempererat silaturahmi dengan berbagai elemen masyarakat di pusat pemerintahan, sementara Jokowi memilih kunjungan daerah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat di berbagai pelosok Indonesia.
Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Open house memungkinkan presiden untuk bertemu langsung dengan tokoh-tokoh penting dan masyarakat umum di Jakarta, sementara kunjungan daerah memungkinkan presiden untuk melihat langsung kondisi masyarakat di berbagai daerah dan memberikan perhatian khusus kepada wilayah-wilayah yang mungkin kurang mendapat perhatian.
Pada akhirnya, pilihan gaya perayaan Lebaran ini mencerminkan kepribadian dan visi masing-masing presiden dalam memimpin bangsa. Prabowo dengan open house-nya ingin menunjukkan keterbukaan dan kedekatannya dengan masyarakat, sementara Jokowi dengan kunjungan daerahnya ingin menunjukkan perhatian dan kepeduliannya terhadap seluruh rakyat Indonesia.
Rangkuman Perbedaan Gaya Lebaran:
- Prabowo Subianto:
- Lokasi: Istana Merdeka, Jakarta
- Kegiatan: Open House
- Fokus: Silaturahmi dengan pejabat, tokoh nasional, dan masyarakat umum
- Simbolisme: Keterbukaan dan kedekatan dengan masyarakat
- Joko Widodo:
- Lokasi: Aceh
- Kegiatan: Kunjungan Daerah, Shalat Idul Fitri bersama masyarakat
- Fokus: Mendekatkan diri dengan masyarakat di berbagai pelosok Indonesia
- Simbolisme: Perhatian dan kepedulian terhadap seluruh rakyat Indonesia
Keputusan Prabowo dan Jokowi dalam merayakan Lebaran perdana sebagai presiden, masing-masing mencerminkan gaya kepemimpinan dan prioritas yang berbeda dalam mendekatkan diri dengan rakyat dan membangun bangsa.