Dedikasi Bidan Desa di Polewali Mandar: Perjuangan 20 Kilometer Mengantar Ibu Bersalin, Berujung Pingsan

Dedikasi Bidan Desa di Polewali Mandar: Perjuangan 20 Kilometer Mengantar Ibu Bersalin, Berujung Pingsan

Sebuah kisah mengharukan sekaligus menggugah keprihatinan datang dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Rosmiati, seorang bidan desa di Kecamatan Tubbitaramanu, mengalami pingsan akibat kelelahan setelah mengawal seorang ibu bersalin, Kurniati (35), sejauh lebih dari 20 kilometer menuju puskesmas terdekat. Perjalanan yang melelahkan ini memaksa mereka melewati medan pegunungan yang terjal dan beberapa muara sungai, sebuah tantangan yang dihadapi dalam gelapnya malam hanya dengan penerangan seadanya dari beberapa senter. Peristiwa ini terjadi pada Selasa, 4 Maret 2025.

Perjuangan Rosmiati dimulai dari Desa Ratte. Meskipun anaknya sendiri sedang sakit demam tinggi dan ia belum sempat tidur semalaman, Rosmiati tetap menemani Kurniati yang membutuhkan pertolongan medis. Keprihatinan terhadap keselamatan ibu hamil tersebut mengalahkan kelelahan dan rasa khawatirnya terhadap kondisi sang anak. Sepanjang perjalanan, Rosmiati menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Ia beberapa kali meminta warga untuk berhenti sejenak dan menhamparkan terpal sebagai tindakan antisipasi jika Kurniati melahirkan di tengah perjalanan yang penuh tantangan tersebut. Mereka berbuka puasa di tengah hutan dengan menu sederhana; nasi dan sayur kacang, dengan air minum yang ditampung dari mata air pegunungan menggunakan wadah dari batang bambu.

Namun, kelelahan dan kurangnya istirahat akhirnya membuat Rosmiati pingsan menjelang maghrib. Situasi semakin genting karena mereka masih jauh dari puskesmas, dan Kurniati membutuhkan pertolongan segera. Warga pun terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok melanjutkan perjalanan mengantar Kurniati ke puskesmas atau titik terdekat yang bisa dijangkau ambulans, sementara kelompok lain membawa Rosmiati kembali ke desanya mengingat kondisi anaknya yang juga sakit. Ketegaran Rosmiati yang rela mempertaruhkan kesehatannya demi keselamatan pasiennya menjadi cerminan pengabdian seorang tenaga kesehatan di daerah terpencil.

Kondisi infrastruktur jalan di Desa Ratte menjadi sorotan utama. Kepala Desa Ratte, Habri, menjelaskan bahwa kondisi jalan yang rusak parah membuat warga harus menandu pasien berjarak puluhan kilometer menuju fasilitas kesehatan terdekat. Ribuan warga di daerah tersebut telah bertahun-tahun mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan akibat kondisi jalan yang buruk, terutama saat musim hujan. Habri mendesak pemerintah daerah untuk segera membangun infrastruktur jalan dan jembatan agar akses kesehatan di desa tersebut dapat ditingkatkan. Peristiwa ini menjadi bukti nyata akan pentingnya peningkatan infrastruktur di daerah terpencil untuk menjamin akses kesehatan yang layak bagi seluruh warga Indonesia. Semoga kejadian ini menjadi titik balik bagi pemerintah untuk memperhatikan infrastruktur jalan di daerah terpencil dan meningkatkan kesejahteraan para tenaga kesehatan di daerah tersebut.

Catatan: Kondisi kesehatan Rosmiati dan Kurniati pasca kejadian tidak disebutkan secara detail dalam berita asli. Informasi tambahan terkait hal tersebut dapat dicari dari sumber lain.