Ketidakpastian Kebijakan Ekonomi Trump Memicu Koreksi Pasar Saham Asia Pasifik

Pasar Saham Asia Pasifik Berguguran Menjelang Kebijakan Baru Trump

Pasar saham di kawasan Asia Pasifik mengalami koreksi signifikan pada hari Senin (31/3/2025), dipicu oleh antisipasi dan kekhawatiran terhadap kebijakan ekonomi baru yang akan diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada akhir pekan ini. Sentimen negatif ini mendorong para investor untuk melepas aset berisiko, menyebabkan penurunan tajam di berbagai bursa regional.

Penurunan Signifikan di Bursa Utama

  • Jepang: Indeks Nikkei 225 memimpin penurunan dengan terkoreksi 4,05 persen dan ditutup pada level 35.617,56. Penurunan ini mendekati 12 persen dari level tertinggi yang dicapai pada bulan Desember, menunjukkan kekhawatiran mendalam di kalangan investor Jepang. Indeks Topix yang lebih luas juga mengalami penurunan signifikan sebesar 3,57 persen, mencapai 2.658,73.
  • Korea Selatan: Indeks Kospi ditutup 3 persen lebih rendah pada level 2.481,12. Sementara itu, indeks Kosdaq yang berfokus pada perusahaan kapitalisasi kecil turun 3,01 persen menjadi 672,85. Otoritas pasar Korea Selatan mengizinkan kembali penjualan pendek (short selling) setelah melarang aktivitas ini untuk periode terlama dalam sejarah negara tersebut, yang bisa menjadi faktor yang mempercepat penurunan.
  • Australia: Indeks S&P/ASX 200 Australia mengakhiri perdagangan dengan penurunan 1,54 persen pada level 7.859,30. Penurunan ini terjadi menjelang pertemuan kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA) pada hari Selasa. RBA diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level 4,1 persen menjelang pemilihan umum pada 3 Mei 2025.
  • China dan Hong Kong: Indeks CSI 300 di China mengalami penurunan 0,67 persen pada jam-jam terakhir perdagangan. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,21 persen.

Data Manufaktur China Memberikan Secercah Harapan

Di tengah sentimen negatif yang melanda pasar, terdapat sedikit kabar baik dari China. PMI Manufaktur NBS China untuk bulan Maret mencapai 50,5, sesuai dengan prediksi para ekonom dan sedikit lebih tinggi dari angka 50,2 pada bulan sebelumnya. Angka ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur China masih dalam fase ekspansi, meskipun pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih menghadapi tantangan.

Dampak Aksi Jual di Pasar Saham AS

Koreksi di pasar saham Asia Pasifik juga dipengaruhi oleh tren aksi jual yang terjadi di pasar saham Amerika Serikat pada hari Jumat sebelumnya. Ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan AS dan prospek inflasi yang suram memicu kekhawatiran di kalangan investor global.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 715,80 poin, atau 1,69 persen, pada level 41.583,90. Indeks S&P 500 turun 1,97 persen menjadi 5.580,94, menandai penurunan mingguan kelima dalam enam minggu terakhir. Indeks Nasdaq Composite anjlok 2,7 persen dan ditutup pada level 17.322,99.

Penurunan tajam di pasar saham AS dipicu oleh aksi jual pada saham-saham perusahaan teknologi raksasa. Saham induk perusahaan Alphabet turun 4,9 persen, sementara Meta dan Amazon masing-masing turun 4,3 persen.

Antisipasi Kebijakan Baru Trump

Fokus utama pasar saat ini tertuju pada pengumuman kebijakan ekonomi baru yang akan disampaikan oleh Presiden Trump. Rincian kebijakan ini akan sangat menentukan arah pasar saham global dalam beberapa pekan mendatang. Investor akan mencermati dengan seksama langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintahan Trump terkait dengan perdagangan, pajak, dan regulasi, serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan inflasi.

Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset mendalam dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum membuat keputusan investasi.