BRIN Kembangkan Solusi Kemasan Pangan Ramah Lingkungan dan Sensor Pendeteksi Kualitas Makanan
BRIN Kembangkan Solusi Kemasan Pangan Ramah Lingkungan dan Sensor Pendeteksi Kualitas Makanan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus berupaya menghadirkan inovasi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan meningkatkan kualitas pangan. Dua inovasi utama yang tengah dikembangkan adalah kemasan pangan biodegradable berbasis biomassa dan sensor pendeteksi kualitas makanan real-time.
Kemasan Pangan Biodegradable: Alternatif Ramah Lingkungan Pengganti Plastik
Salah satu fokus utama BRIN adalah mengembangkan kemasan pangan biodegradable sebagai solusi untuk mengurangi limbah plastik yang sulit terurai. Kemasan ini memanfaatkan biomassa seperti aren dan bahan baku berbasis selulosa. Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Muslih Anwar, menjelaskan bahwa kemasan plastik konvensional yang beredar saat ini menimbulkan masalah serius karena sulit terurai dan berpotensi membentuk mikroplastik yang berbahaya.
"Inovasi ini diharapkan mampu mengurangi sampah kemasan plastik karena lebih mudah terurai," ujar Muslih Anwar.
Bahaya mikroplastik tidak bisa dianggap remeh. Jika limbah mikroplastik ini mencemari lingkungan dan masuk ke rantai makanan, misalnya dikonsumsi oleh ikan yang kemudian dimakan manusia, efek jangka panjangnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan hormonal.
Sensor Pendeteksi Kualitas Pangan: Jaminan Kesegaran Makanan di Tangan Konsumen
Selain kemasan biodegradable, BRIN juga mengembangkan teknologi sensor yang mampu mendeteksi perubahan pH pada makanan. Sensor ini dirancang untuk memberikan informasi real-time mengenai kualitas dan kesegaran produk makanan kepada konsumen.
Muslih Anwar menjelaskan bahwa sensor tersebut bekerja dengan mendeteksi perubahan pH yang disebabkan oleh senyawa basa yang dihasilkan oleh mikroba saat makanan mulai rusak. Sensor pH akan berubah warna ketika makanan sudah tidak layak konsumsi, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengetahui kualitas pangan tanpa harus bergantung pada tanggal kedaluwarsa.
Standarisasi Kemasan Plastik Saset: Upaya Menuju Ekonomi Sirkular
Peneliti Pusat Penelitian Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Erny Soekotjo, juga berkontribusi dalam upaya pengurangan sampah plastik melalui pengembangan teknologi untuk standarisasi kemasan plastik saset. Saset merupakan jenis kemasan multilayer yang sulit didaur ulang karena terdiri dari berbagai lapisan material.
"Sedang dikembangkan satu teknologi yang mengganti multilayer ini menjadi mono-material, supaya si material ini bisa digabung sama plastik-plastik lain untuk didaur ulang jadi enggak merusak," kata Erny.
Permasalahan lain terkait kemasan saset adalah nilai ekonominya yang rendah. Industri daur ulang cenderung kurang tertarik untuk mendaur ulang saset meskipun secara material masih memungkinkan, karena bahan saset yang tercampur dengan plastik lain dapat menimbulkan masalah.
Teknologi pengganti material multilayer menjadi mono-material ini telah dikembangkan sejak 2022 dan telah terdaftar sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) pada 2024. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi kemasan saset dan mendorong partisipasi industri daur ulang, sehingga tercipta sistem ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
Dengan berbagai inovasi ini, BRIN menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan solusi untuk permasalahan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pengembangan kemasan pangan biodegradable dan sensor pendeteksi kualitas makanan adalah langkah penting menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan aman bagi konsumen.