Bangunan Ramah Lingkungan: Solusi Mitigasi Banjir Jakarta?
Bangunan Ramah Lingkungan: Solusi Mitigasi Banjir Jakarta?
Ancaman banjir di Jakarta menjadi isu yang terus bergulir. Berbagai solusi telah diusung, dan salah satunya yang tengah dieksplorasi adalah peran bangunan ramah lingkungan atau green building dalam upaya mitigasi bencana ini. Konsep green building, menurut Ketua Dewan Pakar Green Building Council Indonesia (GBCI), Iwan Prijanto, bukan hanya berkutat pada bangunan itu sendiri, melainkan juga mencakup pengelolaan kawasan secara terpadu. Implementasi yang efektif, menurutnya, menuntut perencanaan yang matang dan kolaboratif, melampaui sekadar pembangunan individual.
Salah satu kunci utama dalam konsep green building yang relevan dengan mitigasi banjir adalah penerapan prinsip zero runoff. Prinsip ini mengharuskan setiap proyek pembangunan untuk memastikan tidak ada air hujan yang mengalir keluar dari area pembangunan. Air hujan yang jatuh di atas lahan bangunan harus ditangani secara internal, misalnya melalui sistem resapan atau penampungan air hujan. Namun, regulasi terkait pengelolaan air dan mitigasi banjir dalam pengembangan properti di Jakarta masih dinilai lemah. Hal ini menjadi tantangan besar dalam mewujudkan potensi green building sebagai solusi pengendalian banjir yang efektif. Kewajiban pengembang untuk menjamin keberlanjutan bangunan yang mereka bangun harus diiringi dengan pengawasan dan penegakan regulasi yang ketat.
Lebih lanjut, Iwan Prijanto menekankan pentingnya pemilihan lokasi pembangunan. Ia menyarankan agar pembangunan green building diprioritaskan di area dengan infrastruktur yang memadai. Lokasi yang strategis, khususnya di pusat kota, akan memaksimalkan pemanfaatan infrastruktur yang telah ada, sehingga meminimalkan dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan upaya optimalisasi ruang kota dan pengurangan beban infrastruktur yang baru.
Namun, pilihan lokasi yang ideal tak hanya terbatas pada kawasan dengan infrastruktur lengkap. Iwan juga mendorong revitalisasi area-area terdegradasi seperti bekas tempat pembuangan sampah, area industri terkontaminasi, atau permukiman kumuh. Revitalisasi area-area tersebut dapat memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi risiko banjir sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Tentu saja, investasi dalam perbaikan lahan semacam ini akan memberikan rating yang lebih tinggi pada proyek green building, mengingat upaya yang dibutuhkan jauh lebih besar dibandingkan membangun di lahan yang sudah siap.
Kesimpulannya, potensi green building dalam upaya mitigasi banjir Jakarta sangatlah besar. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada penegakan regulasi yang kuat, perencanaan kawasan yang terpadu, dan pemilihan lokasi pembangunan yang strategis. Dengan kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat, green building dapat menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan dalam menghadapi ancaman banjir di Jakarta.