Tragedi Gempa Myanmar: Ribuan Korban Jiwa di Tengah Krisis Politik dan Kemanusiaan yang Memburuk

Myanmar Dilanda Gempa Dahsyat: Ribuan Tewas dan Luka-luka di Tengah Konflik Internal

Gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo telah mengguncang Myanmar, meninggalkan jejak kehancuran dan duka yang mendalam. Lebih dari 1.700 orang dilaporkan tewas, ribuan lainnya luka-luka, dan ratusan masih dinyatakan hilang. Bencana ini terjadi di tengah situasi politik dan kemanusiaan yang sudah sangat sulit di Myanmar, yang diperparah oleh konflik internal dan kudeta militer pada tahun 2021.

Dampak Gempa dan Upaya Penyelamatan

Gempa yang terjadi pada hari Jumat (28/3/2025) itu telah meratakan bangunan, merusak infrastruktur penting seperti jembatan, jalan raya, bandara, dan rel kereta api. Upaya penyelamatan dan bantuan terhambat oleh kerusakan yang meluas dan situasi keamanan yang tidak stabil. Tim penyelamat dari berbagai negara, termasuk India, China, Thailand, Malaysia, Rusia, dan Singapura, telah tiba untuk memberikan bantuan.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperingatkan bahwa waktu terus berjalan karena musim hujan akan segera tiba, yang dapat memperburuk kondisi bagi para korban dan menghambat upaya penyelamatan. Mereka menekankan perlunya menstabilkan masyarakat yang terkena dampak sebelum krisis sekunder muncul.

Kisah-Kisah Pilu dari Reruntuhan

Di antara reruntuhan, tim penyelamat berjuang menyelamatkan nyawa. Salah satu kisah tragis adalah Mathu Thu Lwin, seorang wanita berusia 35 tahun yang berhasil dikeluarkan dari reruntuhan Sky Villa Condominium setelah berjam-jam upaya penyelamatan. Namun, dia meninggal tak lama kemudian karena kehilangan banyak darah.

Kisah lain datang dari Hotel Great Wall, di mana seorang wanita berhasil diselamatkan setelah tiga hari tertimbun reruntuhan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berusaha mempercepat pasokan bantuan untuk sekitar 23.000 korban gempa di Myanmar bagian tengah.

Duka di Hari Raya Idul Fitri

Gempa juga merenggut nyawa banyak anak-anak dan orang dewasa di lingkungan Muslim Mawyagiwah. Menara masjid Sajja Selatan runtuh, menewaskan 14 anak-anak dan dua orang dewasa. Perayaan Idul Fitri yang seharusnya penuh sukacita berubah menjadi momen duka dan doa bagi para korban.

Win Thiri Aung, seorang warga yang kehilangan banyak anggota keluarganya, mengungkapkan kesedihannya. "Pada masa normal, Idul Fitri penuh dengan kegembiraan. Hati kami ringan. Tahun ini, kami tidak seperti itu. Semua pikiran kami tertuju pada anak-anak yang meninggal," ujarnya.

Krisis Ganda: Gempa dan Konflik Bersenjata

Tragisnya, gempa bumi terjadi di tengah konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara militer Myanmar dan kelompok-kelompok oposisi. Beberapa laporan menyebutkan bahwa militer terus melancarkan serangan udara di daerah-daerah yang terkena dampak gempa, alih-alih memprioritaskan bantuan kemanusiaan.

Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, telah mendesak gencatan senjata segera untuk memudahkan penyaluran bantuan. Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang merupakan pemerintahan bayangan Myanmar, mengatakan bahwa milisi antijunta di bawah komandonya akan menghentikan aksi militer ofensif selama dua pekan.

Tantangan Kemanusiaan yang Kompleks

Bencana gempa bumi ini telah memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting di Myanmar. Lebih dari 3,5 juta orang telah mengungsi akibat konflik, dan sistem kesehatan telah melemah. Bantuan pemerintah terbatas di beberapa daerah, dan warga harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.

Richard Horsey, penasihat senior Myanmar di Crisis Group, menekankan perlunya menghentikan serangan udara oleh rezim militer, terutama di daerah-daerah yang terkena dampak gempa. Ia juga mendesak komunitas internasional untuk memberikan dukungan dan solidaritas kepada Myanmar dalam menghadapi kehancuran yang luar biasa ini.

Daftar Bantuan yang Dibutuhkan

Berikut adalah daftar bantuan yang sangat dibutuhkan saat ini:

  • Makanan dan air bersih
  • Obat-obatan dan perlengkapan medis
  • Tempat tinggal sementara
  • Selimut dan pakaian
  • Peralatan penyelamatan

Situasi di Myanmar sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian segera dari komunitas internasional. Bantuan kemanusiaan yang cepat dan efektif sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan para korban gempa.