Sorotan Otomotif Terkini: Alasan Mobil Listrik Tanpa Ban Serep, Perbandingan Ketahanan Transmisi CVT vs AT, dan Debut Pikap PHEV BYD

Beberapa isu otomotif menjadi perhatian utama para pembaca dalam beberapa waktu terakhir. Mulai dari alasan di balik ketiadaan ban serep pada mobil listrik, perbandingan ketahanan antara transmisi CVT dan AT, hingga peluncuran inovatif pikap plug-in hybrid (PHEV) oleh BYD.

Mengapa Mobil Listrik Umumnya Tidak Dilengkapi Ban Serep?

Ban adalah komponen krusial pada kendaraan bermotor. Namun, sebuah fenomena menarik muncul di ranah mobil listrik, di mana mayoritas model tidak menyertakan ban serep sebagai perlengkapan standar. Alih-alih ban konvensional, pabrikan mobil listrik lebih memilih tire repair kit atau perangkat perbaikan ban darurat. Tren ini berlaku untuk berbagai jenis mobil, mulai dari city car yang ringkas, SUV yang tangguh, hingga MPV yang lapang. Pertanyaannya, apa yang mendasari keputusan ini?

Beberapa alasan utama meliputi:

  • Efisiensi Berat: Baterai pada mobil listrik menambah bobot signifikan. Menghilangkan ban serep membantu mengurangi berat keseluruhan kendaraan, yang berdampak positif pada efisiensi energi dan jarak tempuh.
  • Optimalisasi Ruang: Ruang yang biasanya digunakan untuk menyimpan ban serep dapat dialokasikan untuk komponen lain yang lebih penting, seperti baterai yang lebih besar atau sistem pendingin yang canggih.
  • Keyakinan pada Teknologi Ban: Produsen mobil semakin percaya pada kualitas dan ketahanan ban modern. Selain itu, tire repair kit dianggap sebagai solusi praktis untuk mengatasi kebocoran kecil.

CVT vs AT: Mana Transmisi yang Lebih Awet?

Transmisi otomatis menjadi pilihan populer di kalangan pengemudi Indonesia, terutama di area perkotaan dengan lalu lintas padat. Kemudahan pengoperasian menjadi daya tarik utama. Namun, perdebatan sering muncul mengenai jenis transmisi otomatis mana yang lebih tahan lama: Continuously Variable Transmission (CVT) atau Automatic Transmission (AT) konvensional.

  • Transmisi CVT (Continuously Variable Transmission): CVT menawarkan perpindahan gigi yang sangat halus, bahkan nyaris tanpa terasa, karena menggunakan sabuk dan puli untuk menghasilkan rasio gigi yang tak terhingga. Hal ini menghasilkan efisiensi bahan bakar yang lebih baik dan akselerasi yang mulus.
  • Transmisi AT (Automatic Transmission): AT konvensional menggunakan serangkaian roda gigi planet untuk menghasilkan rasio gigi yang berbeda. Perpindahan gigi pada AT terasa lebih jelas dibandingkan CVT.

Secara umum, transmisi AT dianggap lebih tahan lama karena desainnya yang lebih sederhana dan penggunaan komponen yang lebih kuat. Namun, dengan perawatan yang tepat dan penggunaan yang benar, transmisi CVT juga dapat memiliki umur yang panjang. Perawatan rutin, seperti penggantian oli transmisi secara berkala, sangat penting untuk menjaga kinerja dan keawetan kedua jenis transmisi.

BYD Shark 6: Pikap PHEV Penantang Dominasi Pasar

BYD (Build Your Dreams) membuat gebrakan di Bangkok Motor Show (BMS) 2025 dengan memperkenalkan pikap kabin ganda plug-in hybrid (PHEV) bernama BYD Shark 6. Kendaraan ini hadir dengan desain yang gagah dan teknologi PHEV yang inovatif, siap menantang dominasi merek-merek Jepang dan Amerika di pasar pikap kabin ganda Thailand. Kehadiran Shark 6 menandakan keseriusan BYD dalam menghadirkan solusi transportasi yang ramah lingkungan dan bertenaga di segmen yang kompetitif. Dengan kombinasi antara mesin bensin dan motor listrik, BYD Shark 6 menawarkan efisiensi bahan bakar yang lebih baik dan emisi yang lebih rendah dibandingkan pikap konvensional. Selain itu, kemampuan pengisian daya eksternal memungkinkan pengemudi untuk menempuh jarak tertentu hanya dengan tenaga listrik, ideal untuk penggunaan sehari-hari di perkotaan.