Kemenperin Optimistis Sektor Manufaktur Tetap Tangguh di Tengah Isu Deindustrialisasi

Sektor Manufaktur Indonesia Diklaim Tetap Solid di Tengah Kekhawatiran Deindustrialisasi

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan tegas membantah narasi deindustrialisasi yang belakangan ini mencuat. Melalui Juru Bicara Febri Hendri Antoni Arif, Kemenperin menyampaikan optimisme terhadap kondisi sektor manufaktur Indonesia saat ini.

"Industri manufaktur, khususnya pengolahan dan migas, masih menunjukkan kinerja yang solid," ujar Febri dalam keterangan resmi. Pernyataan ini sekaligus merespon berbagai pemberitaan dan kekhawatiran terkait penutupan sejumlah perusahaan manufaktur.

Indikator Positif Sektor Manufaktur

Febri merujuk pada sejumlah indikator utama yang menunjukkan resiliensi sektor manufaktur:

  • Purchasing Managers’ Index (PMI): PMI manufaktur terus mengalami peningkatan, menunjukkan aktivitas produksi yang ekspansif. Data terbaru menunjukkan kenaikan signifikan dari 51,3 pada Januari menjadi 53,6 pada Februari 2025.
  • Indeks Kepercayaan Industri (IKI): IKI, yang mengukur optimisme pelaku industri, juga tetap berada di zona ekspansi. Pada Februari, IKI tercatat sebesar 53,12, sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 53,1.
  • Penyerapan Tenaga Kerja: Sektor manufaktur masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 19 juta pekerja. Jumlah ini jauh melampaui sektor-sektor lainnya.

Bantahan Isu Deindustrialisasi

Kemenperin mengakui adanya penutupan pabrik dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di beberapa perusahaan. Namun, Febri menegaskan bahwa jumlah pabrik baru yang beroperasi jauh lebih banyak daripada yang tutup. Lebih lanjut, penyerapan tenaga kerja di pabrik-pabrik baru tersebut juga melebihi jumlah pekerja yang terkena PHK.

"Kami terus berupaya menjaga iklim investasi yang kondusif, sehingga menarik lebih banyak investor untuk membuka pabrik baru di Indonesia," jelas Febri.

Kemenperin juga aktif membantu para pekerja yang terdampak PHK dengan memfasilitasi penempatan kerja di pabrik-pabrik lain yang beroperasi di sekitar lokasi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan dampak sosial ekonomi akibat PHK.

Strategi Pemerintah Mendukung Industri Manufaktur

Pemerintah, melalui Kemenperin, terus berupaya meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia melalui berbagai kebijakan dan program, antara lain:

  • Meningkatkan Permintaan Domestik: Mendorong penggunaan produk-produk dalam negeri melalui kampanye dan kebijakan yang mendukung.
  • Mendorong Ekspor: Memfasilitasi eksportir dengan berbagai insentif dan kemudahan, serta membuka akses ke pasar-pasar baru.
  • Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi: Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi.
  • Mengembangkan Industri Hilir: Mendorong pengembangan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah produk dan menciptakan lapangan kerja baru.

Dengan berbagai upaya tersebut, Kemenperin optimis bahwa sektor manufaktur Indonesia akan terus tumbuh dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Pemerintah berkomitmen untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri manufaktur, sehingga mampu bersaing di pasar global dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.