Meniti Jalan Taubat: Langkah Menuju Kedekatan dengan Allah SWT Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal

Meniti Jalan Taubat: Langkah Menuju Kedekatan dengan Allah SWT Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal

Kesalahan dan dosa merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Baik yang disengaja maupun tanpa disadari, kita semua pernah tergelincir dari jalan yang lurus. Namun, rahmat Allah SWT tak terbatas, dan pintu taubat senantiasa terbuka bagi hamba-Nya yang berniat kembali kepada-Nya. Lebih dari sekadar permintaan maaf, taubat mencerminkan komitmen untuk memperbaiki diri dan menghindari pengulangan kesalahan. Ia adalah manifestasi ketulusan hati dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., Imam Besar Masjid Istiqlal, menekankan pentingnya taubat sebagai langkah awal dalam mendekatkan diri kepada Allah. Beliau menjelaskan bahwa taubat, berasal dari kata "taaba" yang berarti kembali, merupakan tindakan positif yang membawa seorang muslim kembali ke jalan Allah. Taubat bukan hanya penyesalan semata, tetapi bukti nyata tekad untuk berubah dan meraih ampunan-Nya. Dalam sebuah wawancara di detikKultum pada Rabu (5/3/2025), beliau menegaskan, "Bagaimana caranya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah? Anak tangga pertama yang harus kita injak adalah taubat."

Lebih jauh, berdasarkan pemahaman dari kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, proses taubat terdiri dari enam tahapan krusial:

  1. Meninggalkan dosa: Bertekad bulat untuk berhenti dari perbuatan dosa yang telah dilakukan. Ini merupakan komitmen untuk benar-benar meninggalkan kebiasaan buruk.
  2. Beristigfar: Memohon ampun kepada Allah SWT dengan tulus, mengakui kelemahan diri, dan memohon kasih sayang serta ampunan-Nya.
  3. Menunjukkan penyesalan: Merasa menyesal secara mendalam atas dosa yang telah diperbuat. Penyesalan yang tulus menjadi kunci kesempurnaan taubat.
  4. Berjanji untuk tidak mengulangi: Membuat komitmen kuat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, diiringi usaha nyata untuk menghindarinya.
  5. Mengganti dosa dengan amal kebaikan: Melakukan amal saleh sebagai bentuk penebusan dan penghapusan dosa-dosa kecil yang telah dilakukan. Sebagaimana ungkapan Prof. Nasaruddin Umar, "Perbuatan baik akan menenggelamkan perbuatan dosa."
  6. Mengembalikan hak: Jika dosa tersebut melibatkan hak orang lain, maka wajib mengembalikan hak atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi. Taubat tidak sempurna tanpa mengembalikan hak yang terampas.

Imam Besar juga menjelaskan dua jenis taubat dalam Islam: taubat inabah (taubat karena takut siksa neraka) dan taubat istijabah (taubat karena malu kepada Allah). Idealnya, kita semua mencapai taubat istijabah, dimana taubat dilandasi kesadaran dan kecintaan kepada Allah, bukan hanya karena takut akan hukuman. Semakin tulus taubat, semakin besar harapan akan pengampunan dan rahmat-Nya.

Prof. Nasaruddin Umar mengajak kita untuk membiasakan diri bertaubat sebagai bagian integral dari perjalanan spiritual. Taubat menjadi tangga menuju kebaikan dan keridaan Allah SWT. Beliau berharap, "Semoga kita berada pada kualitas taubat yang baik." Program detikKultum bertema "Kontemplasi Ramadan" bersama Prof. Nasaruddin Umar dapat disaksikan selama bulan Ramadan setiap pukul 20.30 WIB di detikcom.