Ketidakpastian Tarif Trump Memicu Turbulensi di Wall Street: Penurunan Kuartal Pertama Terburuk Sejak 2022

Ketidakpastian Tarif Trump Memicu Turbulensi di Wall Street: Penurunan Kuartal Pertama Terburuk Sejak 2022

Wall Street mengalami periode yang penuh gejolak di tengah kekhawatiran yang meningkat seputar potensi dampak kebijakan tarif baru yang diusulkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Antisipasi pengumuman kebijakan ini telah menciptakan kegelisahan di kalangan investor, menyebabkan koreksi pasar yang signifikan dan kinerja kuartal pertama terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Volatilitas pasar telah menjadi ciri khas tahun ini, dengan usulan tarif Trump yang menyuntikkan ketidakpastian ke dalam sentimen investor. Indeks S&P 500, barometer utama untuk pasar saham AS, telah mengalami penurunan sebesar 4,6% sepanjang tahun ini. Penurunan ini menandai awal tahun terburuk sejak 2022 dan kinerja kuartalan terburuk sejak September 2022. Reaksi pasar mencerminkan kekhawatiran yang mendalam tentang potensi konsekuensi ekonomi dari tindakan proteksionis.

Pada hari Senin, pasar saham AS menunjukkan pola perdagangan yang beragam, dengan reli sore hari yang membantu mengurangi beberapa kerugian awal. Dow Jones Industrial Average berhasil ditutup lebih tinggi sebesar 418 poin, atau 1%, membalikkan lintasan setelah dibuka lebih rendah. S&P 500 juga pulih, naik 0,55% setelah sebelumnya merosot hingga 1,65% dan mencapai level terendah sejak September. Nasdaq Composite, di sisi lain, ditutup sedikit lebih rendah, turun 0,14% setelah mengalami penurunan yang lebih curam sebesar 2,7% di awal sesi perdagangan.

Ketidakjelasan yang melingkupi kebijakan tarif Trump telah membebani sentimen investor dan berkontribusi pada pandangan yang lebih hati-hati tentang prospek pasar. Para ahli strategi pasar telah merevisi turun perkiraan mereka untuk saham AS, dengan alasan kekhawatiran yang meningkat tentang potensi dampak negatif dari tarif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Goldman Sachs, misalnya, baru-baru ini menurunkan target akhir tahun mereka untuk S&P 500 menjadi 5.700 dari 6.200. Revisi ini mengikuti penurunan sebelumnya dalam target bank dari 6.500 menjadi 6.200. Goldman Sachs memperingatkan bahwa ekonomi menghadapi risiko resesi yang meningkat karena tarif dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pengangguran, dan berkontribusi pada tekanan inflasi.

Selain itu, harga minyak melonjak setelah Trump mengindikasikan bahwa ia akan mengenakan tarif sekunder pada semua minyak yang keluar dari Rusia jika kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina tidak tercapai. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan AS, melonjak 3% menjadi $71,46 per barel, sementara minyak mentah Brent, patokan global, naik 2,68% menjadi $74,71 per barel. Kenaikan harga minyak semakin memperburuk kekhawatiran inflasi.

Emas, yang sering dianggap sebagai aset safe-haven selama masa ketidakpastian ekonomi, melonjak ke rekor tertinggi baru. Kontrak berjangka emas yang paling aktif diperdagangkan di New York naik di atas $3.150 per troy ons pada awal minggu ini. Emas telah naik hampir 20% tahun ini, mencerminkan permintaan yang meningkat di tengah kekhawatiran tentang ekonomi global.

Pasar global juga merasakan dampak dari potensi tarif Trump. Di Jepang, indeks Nikkei 225 mengalami penurunan tajam lebih dari 4% pada hari Senin dan ditutup dalam wilayah koreksi, turun 10% untuk kuartal tersebut. Indeks acuan Taiwan juga anjlok 4,2% dan ditutup turun 10% untuk kuartal tersebut. Di Eropa, indeks STOXX 600 turun 1,5%, sementara indeks DAX Jerman turun 1,33%.

Secara keseluruhan, pasar keuangan global tetap bergejolak di tengah ketidakpastian yang sedang berlangsung seputar kebijakan tarif Trump. Investor terus memantau perkembangan dengan cermat dan menilai potensi dampak pada ekonomi global dan pasar keuangan.

Ringkasan dampak kebijakan tersebut:

  • Penurunan kinerja Wall Street secara signifikan.
  • Penurunan target oleh analis keuangan.
  • Kenaikan harga minyak.
  • Kenaikan harga emas.
  • Penurunan tajam pada pasar global.

Kondisi ini menggambarkan betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan ekonomi dan bagaimana kebijakan dapat memengaruhi stabilitas ekonomi. Kebijakan tarif dapat memicu ketidakpastian yang meluas, memengaruhi sentimen investor, dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.