Umat Aboge di Magetan dan Probolinggo Laksanakan Salat Idul Fitri Berdasarkan Kalender Jawa Kuno
Umat Aboge di Magetan dan Probolinggo Rayakan Idul Fitri Sesuai Penghitungan Jawa
Ratusan umat muslim yang tergabung dalam jemaah Aboge (Alif Rebo Wage) di wilayah Magetan, Jawa Timur, dan Probolinggo, Jawa Timur, melaksanakan salat Idul Fitri 1446 Hijriah pada hari Selasa, 1 April 2025. Pelaksanaan salat Id ini didasarkan pada perhitungan kalender Jawa kuno yang diatur dalam kitab Mujarobah, sebuah tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Di Kecamatan Bendo, Magetan, sekitar 30 jemaah Aboge berkumpul di Masjid Nurul Huda, Desa Pingkuk, untuk menunaikan salat Id. Kapolsek Bendo, Agus Suparno, mengonfirmasi bahwa pelaksanaan salat Id berjalan lancar dan khidmat. Imam Mardi, pimpinan aliran Thoriqot Syathoriyah, memperkirakan bahwa jumlah jemaah Aboge di Magetan mencapai lebih dari 3.000 orang, tersebar di berbagai kecamatan seperti Takeran, Bendo, Nguntoronadi, dan Kawedanan. Keunikan dari jemaah ini adalah keberagaman latar belakang anggotanya, termasuk tokoh masyarakat, kepala desa, bahkan anggota kepolisian.
"Alhamdulillah, pelaksanaan salat Idul Fitri bagi jemaah Aboge telah selesai dengan baik. Kami mengapresiasi partisipasi dan kekompakan seluruh jemaah," ujar Kapolsek Bendo Agus Suparno.
Pemandangan serupa juga terlihat di Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Leces, Probolinggo. Halaman rumah dan musala dipenuhi oleh warga yang meyakini perhitungan Aboge. Mereka melaksanakan salat Id dengan penuh khusyuk, mengikuti pedoman kalender Islam Jawa yang telah lama mereka anut. Menurut keyakinan mereka, penentuan Hari Raya Idul Fitri didasarkan pada perhitungan tahun baru Islam, di mana 1 Syawal tahun ini jatuh pada Selasa Pon atau yang disebut 'Waljiro' (Syawal-Siji-Loro), yang berarti 1 Syawal hari pertama pasaran dua.
Mahmud (50), seorang tokoh jemaah Aboge di Probolinggo, menjelaskan bahwa perhitungan ini telah lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat setempat. "Saya baru saja selesai melaksanakan salat Id pada hari Selasa pagi ini. Pedoman ini sudah lama kami percayai dan kami pakai," ungkap Mahmud.
Ustaz Buri Bariyah, seorang sesepuh dan tokoh agama jemaah Aboge, menambahkan bahwa ia merasa lebih istiqomah dalam melaksanakan salat Id sesuai dengan perhitungan Jawa kuno yang tertera dalam kitab Mujarobah. "Salat Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriyah dilaksanakan pada Selasa pagi ini. Dengan hitungan 'Waljiro' 1 Syawal pasaran dua hitungan 1. Saya berpedoman dengan kitab Mujarobah dan kalender Jawa kuno, yang sudah kami pakai sejak lama dan digunakan oleh nenek moyang," jelas Ustaz Buri.
Pelaksanaan salat Id oleh jemaah Aboge ini menunjukkan keberagaman tradisi Islam di Indonesia, di mana perhitungan kalender Jawa kuno masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat dalam menentukan hari-hari penting keagamaan. Hal ini juga mencerminkan toleransi dan saling menghormati antarumat beragama, di mana perbedaan pandangan dalam penentuan hari raya tidak menjadi penghalang untuk menjalin kerukunan dan persatuan.
Intisari Perhitungan Aboge:
- Dasar: Kalender Islam Jawa (Kitab Mujarobah)
- Penentuan 1 Syawal: Dihitung berdasarkan tahun baru Islam
- Istilah Kunci: 'Waljiro' (Syawal-Siji-Loro) - 1 Syawal hari pertama pasaran dua
Dampak:
- Perbedaan waktu pelaksanaan Idul Fitri dengan mayoritas umat Muslim.
- Menunjukkan kekayaan tradisi Islam di Indonesia.
- Menekankan pentingnya toleransi dan saling menghormati perbedaan.
Tradisi pelaksanaan salat Idul Fitri oleh jemaah Aboge ini menjadi bukti nyata bahwa keberagaman adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Semangat toleransi dan saling menghormati perbedaan menjadi kunci untuk menjaga kerukunan dan persatuan bangsa.
Berikut adalah beberapa poin penting dari perayaan Idul Fitri oleh Jemaah Aboge:
- Perhitungan Kalender Kuno: Jemaah Aboge menggunakan perhitungan kalender Jawa kuno yang diatur dalam kitab Mujarobah untuk menentukan tanggal Idul Fitri.
- Tradisi Turun Temurun: Praktik ini merupakan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
- Pelaksanaan Salat Id: Salat Id dilaksanakan di masjid dan musala dengan khidmat dan diikuti oleh jemaah dari berbagai kalangan.
- Toleransi dan Keberagaman: Perayaan Idul Fitri oleh Jemaah Aboge menunjukkan keberagaman dalam praktik keagamaan di Indonesia dan pentingnya toleransi.
- Peran Tokoh Agama dan Masyarakat: Tokoh agama dan masyarakat memegang peranan penting dalam melestarikan dan memandu pelaksanaan tradisi ini.