Ancaman Kesehatan Pascabanjir Jabodetabek: Lima Penyakit yang Perlu Diwaspadai
Ancaman Kesehatan Pascabanjir Jabodetabek: Lima Penyakit yang Perlu Diwaspadai
Bencana banjir yang melanda wilayah Jabodetabek pada awal Mei 2025 telah menimbulkan dampak signifikan, tak hanya pada infrastruktur dan perekonomian, tetapi juga pada kesehatan masyarakat. Genangan air kotor yang terkontaminasi berbagai patogen menciptakan lingkungan yang ideal bagi berkembangnya berbagai penyakit. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan referensi dari Cleveland Clinic, setidaknya lima jenis penyakit utama perlu diwaspadai pascabencana ini, memerlukan kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahan yang proaktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Berikut lima jenis penyakit yang perlu diwaspadai pascabanjir dan penjelasannya:
-
Diare: Kontaminasi bakteri, virus, atau parasit dalam air dan makanan yang tergenang merupakan penyebab utama diare pascabanjir. Gejala diare meliputi perut kembung atau kram, kebutuhan mendesak untuk buang air besar, mual. Pada kasus yang lebih parah, dapat disertai demam, sakit perut hebat, muntah, feses berdarah atau mengandung lendir, dan penurunan berat badan. Penting untuk segera mencari pertolongan medis jika gejala semakin memburuk.
-
Demam Berdarah Dengue (DBD): Banjir menciptakan lingkungan ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor penyakit DBD. Gejala DBD meliputi demam tinggi mendadak (hingga 39 derajat Celcius) selama 2-7 hari, nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan, mual, muntah, gusi berdarah, mimisan, bintik merah pada kulit, muntah darah, dan buang air besar berwarna hitam. Fase kritis DBD ditandai penurunan suhu tubuh namun tetap memerlukan pengawasan ketat karena potensi sindrom syok dengue yang mengancam jiwa.
-
Leptospirosis: Bakteri Leptospira yang terdapat pada air dan tanah yang terkontaminasi dapat menyebabkan leptospirosis. Bakteri ini masuk ke tubuh melalui selaput lendir mata atau luka terbuka. Gejala leptospirosis meliputi demam (38 derajat Celcius atau lebih), sakit kepala, kelemahan tubuh, nyeri betis, konjungtiva suffusion (kemerahan pada selaput putih mata), kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit, pembesaran hati dan limpa, serta tanda-tanda kerusakan ginjal. Masa inkubasi leptospirosis berkisar antara 2-30 hari, rata-rata 7-10 hari.
-
Penyakit Kulit: Kelembapan tinggi dan kondisi lingkungan yang tidak higienis pascabanjir meningkatkan risiko infeksi jamur dan kurap. Gejala penyakit kulit meliputi munculnya sisik atau plak berbentuk melingkar dan cincin, bercak datar dengan tepi terangkat dan bundar, kulit gatal, dan rambut rontok atau bintik botak pada area yang terkena. Gejala ini biasanya muncul 4-14 hari setelah kontak dengan jamur penyebab kurap.
-
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA): Udara yang tercemar pascabanjir meningkatkan risiko ISPA akibat infeksi virus atau bakteri. Gejala ISPA meliputi batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, demam, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, lemas, suara serak atau hilangnya suara, pilek atau nyeri sinus, mual, muntah, atau diare, dan penurunan nafsu makan.
Penting untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala-gejala di atas. Pencegahan dini dan penanganan medis yang cepat sangat krusial untuk meminimalkan risiko komplikasi dan melindungi kesehatan masyarakat pascabanjir Jabodetabek. Kebersihan lingkungan dan sanitasi yang baik tetap menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran penyakit.