Lesunya Bisnis Andong di Malioboro: Libur Lebaran Tak Sesuai Harapan

Libur Lebaran di Malioboro: Penarik Andong Merana Akibat Sepi Peminat

Kawasan Malioboro, jantung pariwisata Yogyakarta, selalu menjadi magnet bagi wisatawan, terutama saat libur Lebaran. Namun, di balik hiruk pikuk dan riuhnya suasana libur, tersimpan cerita pilu dari para penarik andong, salah satu ikon transportasi tradisional di kawasan tersebut. Lebaran tahun ini, alih-alih meraup rezeki, mereka justru mengeluhkan sepinya orderan, jauh dari harapan dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Aan, seorang penarik andong asal Bantul, mengungkapkan kekecewaannya. "Sepi sekali Lebaran tahun ini, orderan sangat sedikit. Jauh berbeda dibandingkan Lebaran tahun lalu, dulu bisa dapat sampai lima orderan," ujarnya, menggambarkan kontrasnya situasi yang ia alami.

Pada hari Selasa (1/4/2025), hingga siang hari, Aan baru mengantongi dua orderan. Sebuah kondisi yang hampir sama dengan hari-hari biasa di luar musim liburan. "Dari pagi jam 09.00 WIB sampai jam 14.00 WIB, baru dua orderan. Yang lain juga sama, banyak andong yang parkir karena sepi," lanjutnya, menunjuk pada barisan andong yang terparkir tanpa penumpang.

"Kalau hari biasa, paling hanya narik sekali dua kali, kadang juga tidak ada sama sekali," keluhnya, menggambarkan betapa sulitnya mencari nafkah di tengah persaingan dan perubahan minat wisatawan.

Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Tri Barjo, seorang penarik andong lainnya yang merupakan warga Kota Yogyakarta. Ia pun mengeluhkan sepinya orderan yang ia terima. Sama seperti Aan, Tri juga baru mendapatkan dua pelanggan pada hari itu.

"Sepi banget, meski banyak orang lalu lalang, tapi tidak ada yang mau naik andong. Baru dua kali narik hari ini," ungkap Tri, dengan nada prihatin.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, mengapa andong yang dulunya menjadi daya tarik wisata, kini sepi peminat? Beberapa faktor mungkin menjadi penyebabnya. Pertama, perubahan tren wisata, di mana wisatawan lebih memilih menggunakan transportasi modern yang lebih cepat dan praktis. Kedua, kurangnya promosi dan inovasi dari para penarik andong untuk menarik minat wisatawan. Ketiga, persaingan dengan moda transportasi lain seperti becak dan taksi online.

Para penarik andong berharap, pemerintah daerah dan pihak terkait dapat memberikan perhatian dan solusi untuk mengatasi masalah ini. Dukungan promosi, pelatihan peningkatan kualitas layanan, dan penataan kawasan Malioboro yang lebih baik diharapkan dapat membantu meningkatkan kembali minat wisatawan terhadap andong, sehingga mereka dapat kembali merasakan manisnya rezeki di musim libur Lebaran.