Usai Pastikan Cuti, Pekerja Migas di Natuna Pilih Whoosh untuk Mudik Lebaran ke Bandung

Jakarta – Arus balik Lebaran 2025 masih diwarnai dengan pergerakan pemudik yang baru memulai perjalanan pulang kampung. Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, menjadi titik transit penting bagi mereka yang memilih moda transportasi modern Whoosh untuk menuju Bandung, Jawa Barat.

Kona (35), seorang pekerja di sektor perminyakan dan gas yang bertugas di Natuna, Kepulauan Riau, menjadi salah satu contohnya. Warga Kiaracondong, Bandung ini, baru bisa mudik pada hari kedua Lebaran, Selasa (1/4/2025), setelah kepastian cuti kerja diperoleh. Sistem cuti bergantian dengan rekan kerja menjadi alasan keterlambatannya untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga di Bandung.

"Seharusnya saya bisa pulang tanggal 27 Maret lalu, tapi karena ada rekan yang cuti duluan, kami harus bergantian. Harus ada yang standby di tempat kerja," ujar Kona saat ditemui di Stasiun Kereta Cepat Halim.

Kona tiba di Jakarta melalui Bandara Halim Perdanakusuma setelah menempuh penerbangan dari Natuna. Untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung, ia memilih Kereta Cepat Whoosh.

"(Naik Whoosh) lebih efektif dan cepat. Stasiunnya juga dekat dengan bandara. Saya sudah ingin cepat sampai rumah dari pagi," ungkapnya.

Kepulangan Kona ke Bandung tidak hanya membawa kerinduan, tetapi juga oleh-oleh khas Natuna untuk sang istri. Lade gorom, sejenis makanan ringan, dan teri khas Natuna menjadi buah tangan wajib yang selalu dibawanya setiap kali pulang dari tempat kerja.

"Saya bawa sedikit saja. Ada lade gorom, khas Natuna, sama teri. Ini sudah jadi tradisi setiap pulang," jelas Kona.

Pentingnya Infrastruktur Transportasi Modern

Kasus Kona menyoroti pentingnya infrastruktur transportasi modern seperti Kereta Cepat Whoosh dalam memfasilitasi mobilitas masyarakat, terutama di momen-momen penting seperti Lebaran. Efisiensi waktu dan kenyamanan yang ditawarkan Whoosh menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemudik, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu.

Keberadaan stasiun yang terintegrasi dengan bandara juga menjadi nilai tambah, memudahkan para penumpang pesawat untuk melanjutkan perjalanan darat dengan cepat dan efisien.

Tradisi Membawa Oleh-Oleh

Selain itu, kisah Kona juga menggambarkan tradisi membawa oleh-oleh sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya mudik di Indonesia. Buah tangan khas daerah asal tidak hanya menjadi simbol perhatian, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antara perantau dan keluarga di kampung halaman.

Berikut adalah poin penting dari berita ini:

  • Keterlambatan Mudik: Kona baru bisa mudik di hari kedua Lebaran karena sistem cuti bergantian di tempat kerja.
  • Pilihan Transportasi: Kona memilih Kereta Cepat Whoosh untuk efisiensi dan kecepatan.
  • Oleh-Oleh Khas Natuna: Lade gorom dan teri menjadi oleh-oleh wajib untuk sang istri.
  • Integrasi Transportasi: Kemudahan transit dari pesawat ke kereta cepat di Stasiun Halim.
  • Tradisi Mudik: Membawa oleh-oleh sebagai bagian dari budaya mudik.

Kesimpulan

Kisah Kona menjadi representasi dari ribuan pemudik lainnya yang berupaya memanfaatkan momen Lebaran untuk berkumpul dengan keluarga. Pilihan transportasi modern dan tradisi membawa oleh-oleh menjadi bagian penting dari pengalaman mudik di era modern ini.