Antisipasi Erupsi Gunung Fuji: Jepang Siapkan Panduan Evakuasi dan Mitigasi Bencana
Jepang Siapkan Panduan Komprehensif Hadapi Potensi Erupsi Gunung Fuji
Gunung Fuji, ikon Jepang yang dikenal di seluruh dunia dan menjadi daya tarik utama bagi para pendaki, menyimpan potensi bahaya tersembunyi sebagai gunung berapi aktif. Meskipun terakhir kali erupsi sekitar 300 tahun silam, pemerintah Jepang tidak mengambil risiko dan telah menyusun panduan rinci untuk melindungi warganya dari dampak letusan. Panduan ini dibuat berdasarkan konsultasi dengan para ahli vulkanologi, mengantisipasi berbagai skenario, termasuk erupsi eksplosif berskala besar yang dapat menyebabkan hujan abu vulkanik meluas, bahkan mencapai wilayah metropolitan Tokyo.
Simulasi Letusan Hoei dan Dampak Abu Vulkanik
Panduan ini terinspirasi oleh erupsi Hoei yang terjadi pada tahun 1707, salah satu letusan terbesar Gunung Fuji dalam sejarah. Proyeksi para ahli menunjukkan bahwa erupsi serupa saat ini dapat menghasilkan sekitar 1,7 miliar meter kubik abu vulkanik. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 490 juta meter kubik akan menumpuk di jalanan, bangunan, dan lahan terbuka, menimbulkan tantangan besar dalam penanganan dan pembersihan. Lebih jauh lagi, abu vulkanik dapat menghalangi sinar matahari, menyebabkan kegelapan di siang hari dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Panduan Mitigasi Bencana:
Panduan yang disiapkan pemerintah Jepang memberikan arahan yang jelas kepada masyarakat dalam menghadapi berbagai tingkatan hujan abu vulkanik. Beberapa poin penting dalam panduan tersebut meliputi:
- Berlindung di dalam rumah: Masyarakat disarankan untuk tetap berada di dalam rumah atau tempat penampungan yang aman untuk menghindari paparan langsung terhadap abu vulkanik.
- Persediaan darurat: Penting untuk memiliki persediaan makanan, air, dan perlengkapan medis yang cukup untuk beberapa hari, bahkan mungkin berminggu-minggu, mengingat letusan Gunung Fuji dapat berlangsung lama.
- Penggunaan masker dan kacamata: Jika terpaksa keluar rumah, kenakan masker untuk melindungi saluran pernapasan dan kacamata untuk melindungi mata dari iritasi akibat abu vulkanik.
- Hindari mengemudi: Jarak pandang yang terbatas akibat abu vulkanik dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Hindari mengemudi kecuali dalam keadaan darurat.
Tingkat Hujan Abu dan Dampaknya:
Para ahli mengklasifikasikan hujan abu menjadi empat tahap berdasarkan ketebalan akumulasi abu:
- Tahap 1 (di bawah 3 cm): Paparan jangka panjang dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan dan mata, terutama bagi pekerja di luar ruangan.
- Tahap 2 (3-10 cm): Gangguan pada transportasi dan aktivitas luar ruangan semakin meningkat.
- Tahap 3 (10-30 cm): Bangunan dan infrastruktur mulai terbebani, dan risiko kerusakan meningkat.
- Tahap 4 (lebih dari 30 cm): Layanan vital seperti listrik, air, dan telepon dapat terganggu. Bangunan berpotensi runtuh.
Dampak Lebih Luas dan Rekomendasi Para Ahli:
Selain dampak langsung terhadap kesehatan dan infrastruktur, abu vulkanik juga dapat menimbulkan masalah tak terduga. Profesor Takeshi Sagiya dari Universitas Nagoya menekankan bahwa abu vulkanik, yang terdiri dari pecahan batuan kecil yang meleleh, bersifat abrasif dan dapat merusak mesin pesawat terbang. Oleh karena itu, penerbangan di sekitar wilayah Gunung Fuji harus dihindari selama erupsi.
Para ahli juga merekomendasikan pemerintah untuk menyiapkan tempat penyimpanan abu vulkanik sementara untuk membantu upaya pembersihan dan pemulihan. Selain itu, abu vulkanik dapat dimanfaatkan dalam konstruksi, ditempatkan di tempat pembuangan sampah yang aman, atau dibuang ke laut jika diperlukan. Yang tak kalah penting adalah edukasi publik tentang dampak letusan dan pelatihan ahli tanggap bencana gunung berapi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.