Pasca Lebaran, Pusat Perbelanjaan Jakarta Lengang: Indikasi Daya Beli Masyarakat Menurun?

Pasca perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah, sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan terpantau mengalami penurunan pengunjung yang signifikan. Kondisi ini memunculkan spekulasi mengenai melemahnya daya beli masyarakat, terutama setelah CORE Indonesia merilis laporan yang mengindikasikan anomali konsumsi menjelang Lebaran.

Pada Selasa (1/4/2025), suasana di salah satu mal di Jakarta Selatan sangat berbeda dibandingkan hari libur biasa atau bahkan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Area parkir, yang biasanya ramai oleh kendaraan bermotor dan mobil, terlihat lebih lengang. Di dalam mal, gerai makanan dan minuman masih menjadi daya tarik utama, namun gerai-gerai lain tampak kurang diminati. Dewi, seorang penjaga gerai minuman, mengamini bahwa jumlah pengunjung pasca Lebaran ini jauh lebih sedikit dibandingkan hari libur biasa atau akhir pekan. Ia menambahkan bahwa lonjakan pengunjung biasanya terjadi selama bulan puasa, terutama menjelang waktu berbuka. Pengalaman serupa juga dirasakan oleh penjaga gerai makanan lain yang enggan disebutkan namanya. Ia mengakui bahwa meskipun masih ada pengunjung yang datang, jumlahnya tidak seramai biasanya. Bahkan, ia merasa bahwa tahun sebelumnya, suasana pasca Lebaran masih lebih ramai.

Namun, pandangan berbeda diungkapkan oleh Lia, seorang penjaga gerai fesyen. Ia merasa bahwa jumlah pengunjung pada hari itu masih tergolong ramai, meskipun tidak seramai hari libur nasional. Ia menduga bahwa banyak masyarakat yang masih berada di kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga.

Sepinya pusat perbelanjaan ini memicu kekhawatiran mengenai daya beli masyarakat. CORE Indonesia dalam laporannya yang berjudul "Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025" mengungkapkan bahwa daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah semakin tertekan menjelang Lebaran. Laporan tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, bahkan tren berbelanja untuk kebutuhan Ramadhan dan Lebaran pun tidak terlihat. CORE Indonesia melihat adanya sinyal kuat bahwa kelompok rumah tangga menengah ke bawah mengerem belanja mereka.

Indikasi Melemahnya Daya Beli

Beberapa indikator yang menguatkan dugaan melemahnya daya beli masyarakat antara lain:

  • Perlambatan Penjualan Ritel: Beberapa gerai ritel mengalami penurunan penjualan.
  • Kontraksi Transaksi ATM dan Debit: Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan nilai transaksi belanja menggunakan ATM dan kartu debit pada tahun 2024 terkontraksi sangat dalam, yaitu sebesar 4 persen, dibandingkan tahun 2023 yang masih tumbuh 8 persen. Angka ini bahkan lebih rendah dari level sebelum pandemi Covid-19.
  • Pelemahan Transaksi Kartu Kredit: Transaksi belanja menggunakan kartu kredit, yang umumnya dilakukan oleh masyarakat menengah atas, juga mengalami penurunan.

Anomali konsumsi ini menjadi perhatian serius karena menggambarkan adanya ketidakberesan dalam perekonomian domestik Indonesia. Pemerintah dan pihak terkait perlu melakukan analisis lebih lanjut untuk memahami akar permasalahan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memulihkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.