Tren Pikap Jadi Kendaraan Wisata Keluarga: Hemat Biaya, Abaikan Keselamatan
Pikap untuk Wisata Keluarga: Antara Efisiensi dan Risiko
Fenomena penggunaan mobil pikap sebagai sarana transportasi wisata keluarga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Meskipun menawarkan solusi ekonomis dan kapasitas yang besar, praktik ini menyimpan risiko keselamatan yang signifikan dan melanggar peraturan lalu lintas.
Beberapa tahun terakhir, terlihat peningkatan penggunaan pikap oleh keluarga yang ingin berlibur bersama. Alasan utama adalah biaya yang lebih rendah dibandingkan menyewa mobil atau menggunakan transportasi umum, serta kemampuan pikap untuk menampung banyak penumpang dan barang bawaan.
"Kami memilih pikap karena lebih hemat dan bisa mengangkut seluruh keluarga besar," ujar Wahyudi, seorang wisatawan asal Bogor yang ditemui di kawasan Citepus, Jawa Barat. Senada dengan Wahyudi, Hendra, wisatawan dari Bandung, juga mengakui menyewa pikap untuk liburan ke Lembang karena alasan biaya yang lebih terjangkau dan kapasitas yang lebih besar.
Pelanggaran Hukum dan Bahaya Tersembunyi
Namun, di balik alasan ekonomi dan kepraktisan, penggunaan pikap sebagai angkutan wisata melanggar Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 137 ayat 4 secara jelas melarang mobil barang digunakan untuk mengangkut orang, kecuali dalam kondisi tertentu yang sangat spesifik, seperti:
- Keterbatasan rasio kendaraan angkutan orang
- Kondisi geografis dan prasarana jalan yang belum memadai
- Pengerahan atau pelatihan TNI/Polri
- Kepentingan lain atas pertimbangan Polri/Pemerintah Daerah
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat berakibat pada sanksi pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda maksimal Rp 250.000, sebagaimana diatur dalam Pasal 303 Undang-Undang yang sama.
Lebih dari sekadar pelanggaran hukum, penggunaan pikap untuk mengangkut penumpang sangat berbahaya. Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menekankan risiko fatal yang mengintai.
"Banyak yang meremehkan dengan alasan jarak dekat, tidak ngebut, dan hemat biaya. Tetapi, mengabaikan keselamatan dan kesehatan adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan," tegas Sony.
Risiko terpental keluar dari bak terbuka saat terjadi kecelakaan adalah ancaman nyata bagi penumpang pikap. Kurangnya fasilitas keselamatan seperti sabuk pengaman dan struktur pelindung pada bak belakang meningkatkan potensi cedera serius atau bahkan kematian.
Prioritaskan Keselamatan
Demi keselamatan diri sendiri dan keluarga, masyarakat diimbau untuk tidak menggunakan mobil pikap sebagai sarana transportasi wisata. Pilihlah opsi transportasi yang lebih aman dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap perjalanan, jangan sampai liburan berakhir dengan tragedi.