Infrastruktur Buruk Hambat Akses, Warga Lombok Tengah Gotong Jenazah 3 KM di Tengah Keprihatinan
Duka di Tengah Jalan Rusak: Kisah Warga Gotong Jenazah di Lombok Tengah
Sebuah ironi terjadi di Dusun Gerintuk, Desa Batu Jangkih, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah. Puluhan warga terpaksa bergotong royong mengusung jenazah seorang anak laki-laki, Saipul Fahmi (10), sejauh 3 kilometer menyusuri jalanan rusak parah. Video yang merekam momen pilu ini viral di media sosial, menjadi cermin buram kondisi infrastruktur yang menghambat akses masyarakat.
Peristiwa ini bermula ketika Saipul Fahmi mengalami sesak napas. Keluarga sempat membawanya ke dukun sebelum akhirnya dilarikan ke Puskesmas Batu Jangkih. Setelah diperiksa, pihak puskesmas menyarankan agar Saipul dirujuk ke RSUD Praya. Namun, karena keterbatasan biaya, keluarga menolak tawaran tersebut. Sayangnya, kondisi Saipul terus memburuk hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir di puskesmas.
Upaya mengantarkan jenazah Saipul ke rumah duka menjadi tantangan tersendiri. Ambulans puskesmas yang sedianya digunakan, tak mampu melewati jalanan yang rusak. Akhirnya, warga berinisiatif menggotong jenazah Saipul. Setelah mencapai titik terakhir yang bisa diakses kendaraan, keluarga dan warga meminjam tandu dari sopir ambulans. Dengan berbekal tandu sederhana, mereka menyusuri jalan pintas, menyeberangi sungai, dan menerobos semak belukar sejauh 2-3 kilometer. Kesedihan mendalam menyelimuti perjalanan panjang itu.
Jeritan Warga di Tengah Minimnya Perhatian Pemerintah
Kepala Desa Batu Jangkih, Saurim, membenarkan bahwa kondisi jalan di wilayahnya memang sudah lama menjadi masalah pelik bagi warga. Perbaikan jalan sebenarnya sudah mulai diperhatikan dalam dua tahun terakhir, namun pembangunan jembatan belum juga rampung. Pemerintah desa pun sudah berulang kali mengajukan proposal perbaikan jalan ke Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, namun belum membuahkan hasil. Alasan klasik yang sering diterima adalah keterbatasan dana desa.
"Jawaban mereka selalu sama, bahwa ini jalan desa dan dana desa sangat terbatas," ungkap Saurim, menggambarkan betapa sulitnya memperjuangkan perbaikan infrastruktur di wilayahnya.
Bukan Kejadian Pertama: Dampak Infrastruktur Buruk Semakin Terasa
Tragisnya, peristiwa serupa bukan kali ini saja terjadi di Desa Batu Jangkih. Di Dusun Pemoles, warga pernah terpaksa menggotong seorang perempuan sakit ke puskesmas karena jalan rusak tak bisa dilalui kendaraan roda empat. Jarak antara Dusun Gerintuk dan Pemoles hanya 1,5 kilometer, namun akses yang sulit membuat warga kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Pada Mei 2022, seorang ibu hamil juga harus digotong menyeberangi sungai untuk melahirkan karena jembatan di wilayah tersebut rusak sejak 2018. Kejadian-kejadian ini menjadi bukti nyata betapa buruknya infrastruktur berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
"Kami sangat berharap pemerintah segera memperbaiki jalan dan membangun jembatan yang layak bagi masyarakat," pungkas Saurim, menyuarakan harapan seluruh warga Desa Batu Jangkih.
Kisah Saipul Fahmi dan warga Desa Batu Jangkih adalah potret buram ketimpangan pembangunan infrastruktur di daerah. Diharapkan, kejadian ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk lebih serius memperhatikan kondisi infrastruktur di daerah-daerah terpencil, agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Akses yang layak adalah hak dasar setiap warga negara, dan negara berkewajiban untuk memenuhinya.
Daftar Masalah Infrastruktur di Desa Batu Jangkih
- Jalan Rusak Parah: Akses utama sulit dilalui kendaraan, terutama ambulans.
- Jembatan Rusak: Menghambat akses ke fasilitas kesehatan dan layanan publik lainnya.
- Keterbatasan Dana Desa: Menghambat perbaikan infrastruktur secara mandiri.
- Respon Lambat Pemerintah Daerah: Proposal perbaikan jalan dan jembatan belum terealisasi.
Kondisi ini tidak hanya menyulitkan akses pelayanan kesehatan tetapi juga menghambat kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Pemerintah daerah dan pusat diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan infrastruktur di daerah terpencil guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat.