Menghadapi Bayangan Perang Dingin: Norwegia Aktifkan Kembali Bunker Strategis di Tengah Ketegangan dengan Rusia

Norwegia Aktifkan Kembali Bunker Era Perang Dingin di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Rusia

Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan kekhawatiran akan agresi Rusia, Norwegia mengambil langkah signifikan untuk memperkuat pertahanannya dengan mengaktifkan kembali fasilitas bunker peninggalan Perang Dingin. Langkah ini mencerminkan meningkatnya kewaspadaan Oslo terhadap potensi ancaman dari Moskow, terutama mengingat kedekatan geografis kedua negara dan perubahan lanskap keamanan di kawasan Arktik.

Kawasan wisata Norwegia Utara yang indah ternyata menyimpan rahasia pertahanan yang tersembunyi di balik pegunungan. Bunker-bunker yang dulunya dibangun untuk menghadapi ancaman Perang Dunia II dan Perang Dingin kini kembali difungsikan. Pada puncak Perang Dingin, Norwegia memiliki sekitar 3.000 fasilitas bawah tanah. Sejarah panjang Norwegia dalam menghadapi agresi militer juga tercermin dari fakta bahwa Adolf Hitler menjadikan negara ini bagian dari Tembok Atlantik, sebuah sistem pertahanan pantai yang dibangun oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II.

Langkah reaktivasi ini dipicu oleh perang yang sedang berlangsung di Ukraina, yang telah mengungkap kerentanan keamanan dan memicu kekhawatiran di seluruh Eropa. Dua struktur penting yang diaktifkan kembali adalah:

  • Hanggar Pangkalan Udara Bardufoss: Terletak di dalam gunung, hanggar ini memiliki dinding batu dan beton yang kokoh serta pintu anti-ledakan besar. Dibangun pada tahun 1938 untuk mengantisipasi serangan Uni Soviet, pangkalan udara ini bahkan pernah digunakan oleh pesawat tempur Jerman untuk melindungi kapal perang Tirpitz. Setelah ditutup selama 40 tahun, hanggar ini kini direnovasi dan ditingkatkan untuk mendukung operasi pesawat tempur modern, termasuk Lockheed Martin F-35 Lightning II.
  • Pangkalan Angkatan Laut Olavsvern: Pangkalan rahasia ini, yang dibangun pada tahun 1950-an untuk menghadapi Armada Utara Soviet, memiliki pusat komando bawah tanah, gudang, dermaga dalam air, dok kering, dan terowongan keluar. Meskipun sebagian besar didanai oleh NATO, pangkalan ini ditutup pada tahun 2009 dan kemudian dijual kepada investor swasta. Keamanan pangkalan ini kini menjadi perhatian, karena berpotensi rentan terhadap penyusupan dan serangan.

Andreas Østhagen, seorang peneliti senior di Institut Fridtjof Nansen, menekankan bahwa Rusia telah menjadi ancaman bagi Norwegia bahkan sebelum invasi ke Ukraina. Ia menunjuk pada peningkatan investasi di Armada Utara Rusia, dimulainya kembali latihan militer Rusia di Arktik, dan meningkatnya minat Rusia dalam eksploitasi sumber daya Arktik sebagai faktor-faktor yang berkontribusi pada meningkatnya ketegangan.

Selain mengaktifkan kembali bunker-bunker lama, Norwegia juga berencana untuk membangun tempat perlindungan bom baru di bangunan-bangunan besar mulai Januari 2026. Langkah ini mencerminkan pemahaman yang berkembang tentang karakteristik perang modern dan pentingnya melindungi warga sipil. Biaya pembangunan tempat perlindungan bom akan ditanggung oleh pemilik flat di blok baru.

"Kami telah belajar banyak tentang seperti apa perang modern, dan kami juga melihat di sana bahwa tempat perlindungan dan perlindungan penting untuk melindungi penduduk sipil. Kami juga dipaksa untuk memilikinya di Norwegia, dan itu harus menjadi bagian dari kesiapan Norwegia untuk maju," kata Menteri Kehakiman dan Keamanan Norwegia Emilie Enger Mehl.

Langkah-langkah yang diambil oleh Norwegia ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk memperkuat pertahanannya dan melindungi warganya di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Reaktivasi bunker-bunker Perang Dingin dan pembangunan tempat perlindungan bom baru merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk meningkatkan kesiapan Norwegia dalam menghadapi potensi ancaman dari Rusia dan negara-negara lain.