Lonjakan Harga Kelapa Usai Lebaran: Pedagang Pasar Keluhkan Minimnya Pasokan Lokal Akibat Ekspor
Harga Kelapa Meroket Pasca Lebaran, Pedagang Pasar Mengeluh Pasokan Terhambat Ekspor
Usai perayaan Lebaran 2025, harga kelapa di pasar tradisional Jakarta mengalami lonjakan signifikan, mencapai puncaknya pada Rp 35.000 per buah. Kenaikan harga ini memicu keluhan dari para pedagang yang menduga bahwa tingginya aktivitas ekspor kelapa bulat menjadi penyebab utama berkurangnya pasokan di pasar domestik.
Menurut penuturan sejumlah pedagang di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, kenaikan harga kelapa sudah terasa sejak menjelang Lebaran. Tholib, salah seorang pedagang, mengungkapkan bahwa harga normal kelapa bulat biasanya berkisar Rp 15.000 per buah. Namun, lonjakan permintaan selama periode Lebaran mendorong harga melambung tinggi. Asih, pedagang lainnya, bahkan menyebutkan bahwa harga kelapa ukuran sedang sempat mencapai Rp 35.000 per buah saat Lebaran. Kini, harga berangsur turun namun masih di atas harga normal, yaitu Rp 20.000 untuk ukuran sedang dan Rp 15.000 untuk ukuran kecil.
Pasokan Lokal Terganggu, Pedagang Beralih ke Daerah Lain
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga adalah berkurangnya pasokan kelapa dari Lampung, yang selama ini menjadi sumber utama bagi pedagang di Jakarta. Tholib menjelaskan bahwa biasanya ia mendapatkan pasokan kelapa dari Lampung, tetapi pasokan tersebut terganggu sejak tiga bulan terakhir. Deden, pedagang lainnya, juga mengamini hal ini. Ia menduga bahwa kelapa dari Lampung lebih banyak diekspor, sehingga pedagang lokal kesulitan mendapatkan pasokan.
Untuk mengatasi kekurangan pasokan, beberapa pedagang terpaksa mencari alternatif dari daerah lain. Tholib misalnya, memilih untuk memasok kelapa dari Bali. Sementara itu, Deden beralih ke Banyuwangi, Jawa Timur. Meskipun demikian, Deden mengakui bahwa kualitas santan yang dihasilkan kelapa dari Banyuwangi tidak sebaik kelapa Lampung.
"(Harga kelapa) normalnya Rp 15.000 biasanya, sekarang kan lagi naik harganya. (Ukuran yang Rp 15.000) tidak ada kalau sekarang karena itu dari Lampung, yang sekarang dijual dari Banyuwangi," ujar Deden.
Ekspor Kelapa Picu Kelangkaan di Pasar Domestik?
Para pedagang menduga bahwa tingginya aktivitas ekspor kelapa dari Lampung menjadi penyebab utama berkurangnya pasokan di pasar domestik. Deden bahkan mengungkapkan kekesalannya, "(Pasok dari Banyuwangi) karena lagi susah yang di Lampung, paling karena diekspor terus kan kelapa, jadi di kita (pedagang pasar) jadi susah, makanya harga naik." Ia menambahkan bahwa kelapa dengan kualitas terbaik justru diekspor, sementara pedagang lokal hanya mendapatkan kelapa dengan kualitas yang lebih rendah.
Jika ekspor menjadi penyebab utama kelangkaan kelapa di pasar domestik, hal ini tentu menjadi perhatian serius. Pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan ekspor kelapa agar pasokan di dalam negeri tetap terjaga dan harga tetap stabil. Kasihan para pedagang kecil dan konsumen yang harus menanggung dampak dari kenaikan harga ini.
Data Ekspor Kelapa dan Penurunan Produksi Nasional
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor kelapa bulat mencapai 71.077 ton pada Januari-Februari 2025. Negara tujuan utama ekspor adalah China (68.065 ton), diikuti oleh Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat penurunan produksi kelapa sebesar 0,5 persen pada tahun 2024, menjadi 14,11 miliar butir.
Kombinasi antara tingginya ekspor dan penurunan produksi kelapa nasional semakin memperburuk situasi. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produksi kelapa dan memastikan pasokan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, perlu ada koordinasi yang baik antara pemerintah, eksportir, dan pedagang lokal agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Para pedagang berharap harga kelapa akan segera kembali normal dalam waktu satu minggu setelah Lebaran, seiring dengan pulihnya pasokan dari Lampung. Namun, jika masalah ekspor tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin lonjakan harga kelapa akan kembali terjadi di masa mendatang.