Penurunan Drastis Angka Kelahiran di China: Krisis Demografi Mengintai
China Menghadapi Tantangan Demografi Serius Akibat Penurunan Angka Kelahiran
Krisis populasi di China semakin memprihatinkan, dengan proyeksi penurunan angka kelahiran yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Data menunjukkan penurunan dari 9,54 juta kelahiran pada tahun 2024 menjadi perkiraan 7,3 juta pada tahun 2025. Meskipun China merupakan bagian penting dari populasi global, kontribusi kelahiran bayi di negara tersebut terus menyusut, bahkan hampir setara dengan Nigeria.
Angka kesuburan total (TFR) atau Total Fertility Rate juga mengalami penurunan tajam. Pada tahun 2025, TFR diperkirakan hanya mencapai 0,9, jauh di bawah angka ideal 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi. Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, telah mengumumkan rencana kebijakan baru untuk mengatasi masalah ini dan mendorong peningkatan angka kelahiran.
Faktor-faktor Penyebab Penurunan Angka Kelahiran
Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan ini termasuk:
- Penurunan Populasi Usia Subur: Jumlah wanita usia subur di China terus menurun.
- Perubahan Gaya Hidup: Gaya hidup modern dan preferensi yang berubah juga memainkan peran penting.
- Dampak Kebijakan Satu Anak: Meskipun kebijakan satu anak telah dicabut, dampaknya masih terasa hingga saat ini.
- Tingginya Tingkat Pengangguran Kaum Muda: Kesulitan ekonomi dan pengangguran di kalangan kaum muda juga mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak.
Penurunan jumlah pernikahan juga menjadi faktor penting. Jumlah pernikahan di China telah menurun drastis dari 13,47 juta pasangan pada tahun 2013 menjadi hanya 6,11 juta pada tahun 2024. Penurunan ini mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi yang mendalam di negara tersebut.
Preferensi Pendidikan dan Karier pada Wanita
Di sisi lain, banyak orang tua dengan anak perempuan memprioritaskan pendidikan dan kemandirian ekonomi anak-anak mereka di atas pernikahan. Hal ini menyebabkan peningkatan proporsi wanita yang belum menikah di usia 25 hingga 29 tahun. Tren ini terus meningkat dan menjadi faktor signifikan dalam penurunan angka kelahiran.
- Proporsi perempuan yang belum menikah berusia 25 hingga 29 tahun di China:
- 9% pada tahun 2000
- 33% pada tahun 2020
- 43% pada tahun 2023
Dampak Kebijakan Satu Anak dan Peningkatan Angka Perceraian
Kebijakan satu anak yang diterapkan pada tahun 1980 tidak hanya meningkatkan hambatan untuk menikah tetapi juga mempermudah perceraian. Angka perceraian melonjak dari 0,3 per 1.000 orang pada 1980 menjadi 3,4 pada 2019, memperburuk krisis populasi. Kombinasi dari faktor-faktor ini telah menciptakan tantangan demografi yang signifikan bagi China.
Usia Reproduksi dan Tingkat Infertilitas
Masa reproduksi wanita Tiongkok sangat singkat. Seorang wanita biasanya memiliki 12 persen sel telur yang tersisa pada usia 30 tahun, dan hanya 3 persen pada usia 40 tahun.
Risiko keguguran meningkat dari 10 persen untuk wanita di bawah usia 30 tahun menjadi 20 persen pada usia 35 tahun, antara 33 persen dan 40 persen pada usia 40 tahun, dan 57 persen serta 80 persen pada usia 45 tahun. Peluang untuk mengandung anak dengan down syndrome meningkat seiring bertambahnya usia ibu, meningkat dari satu 2.000 pada usia 20 tahun menjadi satu dari 350 pada usia 35 tahun, dan hingga satu dari 30 pada usia 45 tahun.
Seiring dengan penundaan usia pernikahan, minat untuk membesarkan anak juga menurun.
Itulah sebabnya sekitar dua pertiga bayi di seluruh dunia lahir dari wanita berusia 30 tahun ke bawah. Pada 2021, usia rata-rata ibu saat melahirkan anak pertama adalah 27 tahun di Amerika Serikat, 27 tahun di Meksiko, dan hanya 21 tahun di India.
Sebagai perbandingan, usia rata-rata saat melahirkan pertama bagi perempuan China telah meningkat dari 25 tahun pada tahun 2000 menjadi 28 tahun pada tahun 2020, dengan peningkatan yang semakin cepat dalam beberapa tahun terakhir. Di Shanghai, angka tersebut meningkat dari 30 tahun pada 2019 menjadi 32 tahun pada 2024.
Lebih buruk lagi, tingkat infertilitas secara keseluruhan di China juga meningkat dari antara 1 persen dan 2 persen pada 1970-an menjadi 18 persen pada 2020. Semakin banyak orang menjadi tidak subur setelah menikah atau setelah memiliki anak pertama mereka.
Upaya Pemerintah dan Tantangan ke Depan
Pemerintah China berupaya untuk mengatasi krisis ini melalui berbagai kebijakan, tetapi tantangan yang dihadapi sangat kompleks. Perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang telah terjadi selama beberapa dekade terakhir telah menciptakan situasi yang sulit untuk diubah dalam waktu singkat. Masa depan demografi China akan sangat bergantung pada efektivitas kebijakan yang diterapkan dan perubahan persepsi masyarakat tentang pernikahan dan keluarga.